Rabu, 02 Mei 2018

SUYODHANA KALAH TARUNG GADA BAGIAN 2

Ki Slamet Blog - Kita Semua Wayang
Rabu, 02 Mei 2018 - 15:13 WIB

Suyodhana Kalah Tarung Gada
                   “KAKAWIN BHARATAYUDA PUPUH XLVIII( 1 – 14 )”
 
SUYODHANA KALAH TARUNG GADA BAGIAN 2 

9
Hinganya haywa kamu ҫasana langghanâstra.
Akwiki ҫûra wênangâmatêha ng samangko.
Pangher tasönta ri patêmpuhing lânggalangku.
Patyamwa teki têwasamwa nirâgamâprang.
9
“Kau telah berbuat curang dan licik dan melanggar aturan perang adu senjata kitab ҫasana. Aku berhak mengadilimu, maka terimalah senjata bajakku ini !” “Wahai Bhima,  hanya kematianmulah yang aka menjadi tebusan cara berperangmu yang teramat curang, licik dan tidak jujur itu!”
10
Nâ ling narendra Baladewa wawang kabângan.
Tandangnirângayati lânggala tan tahên twas.
Ҫri Krêshnna yatha mamêkul ri sira n patangguh.
Lâgyâjagângrêbut i sanjata mopaҫânta.

10
Raja Baladewa tak mampu lagi menahan rasa amarahnya. Matanya menjadi kemerah-merahan. Ia pun mengangkat senjata bajaknya. Melihat ini raja Kresna berupaya meredakan rasa amarah raja Baladewa dengan merangkul kakaknya itu, dan merebut senjata bajak yang akan dilepas raja Baladewa.
  
11
Mogha prabhungku kaka haywa barang wirodha.
Tan wâdhakanta ri jayânira Pânnduputra.
Atyanta yuktini lêkas wara Bhimasena.
Harshân tumuhwakên ujarnira nrêpatijâ.

11
“wahai kakanda raja Baladewa, redakanlah amarah kakanda,  dan janganlah menyalahkan kemenangan Bhima atas Suyodhana. Justru tepatlah apa yang telah dilakukan Bhima,karena berarti Bhima telah menunaikan sumpah dan janji yang telah diucapkannya “.

12
  Mwang hâstinendra katêkan muniҫapa ngûni.
Maitreya nâmanira sang mawuyung  bhinanggan.
Ai sang Suyodhana lêwês kamu ring masampe.
Sang Bhima yânikêlaniku pupûnya ring prang.
12
Raja Kresna melanjutkan kata-katanya :
“Kanda raja Baladewa, sesungguhnya raja Kurupati itu terkena kutukan seorang pendeta bernama, Maitreya yang pernah dihinanya, dan pendeta Maitreya mengutuknya dengan berkata : “Wahhai raja Suyodhana, betapa besar hinaan sang raja kepada saya dan atas hinaan itu, saya mengutuk sang raja, bahwa kelak di dalam pertarungan gada, Bhimasena akan mematahkan dan menghancurkan paha sang raja, camkanlah!”
   
13
Mangka wêkâsanikanang municâpa rakwa.
Mwang dropadi muwah anâpa samânaҫabda.
Duҫҫila bhangga Kuru nâttha tikâ tinûtnya.
Nâhan purihning awamânalanâpacâra.
13
“Kanda raja Baladewa, patah dan hancurnya paha Suyodhana dalam pertarungan gada itu hasil dari kutukan sang pendeta itu. Begitupun sang dewi Drupadi mengutuknya pula karena perbuatan Suyodhana sang raja Kurupati itu yang a susila, tidak senonoh dan tidak pantas dilakukan oleh seorang raja. Itulah hasil pahala dan balasan setimpal untuk seorang yang tinggi hati dan selalu berbuat jahat!”

 

14
Tan mithya teki wuwusing rêshi siddhawâkya.
Stri satya mangkana têpêt sakatöning
Ambêk.
Sang siptâ haywa ta kakangku kêdö wikalpa.
Âpan swadharmma n ikihên panitah bhattâra.

14
“Wahai kakanda raja Baladewa, pendek kata, kutukan dan ucapan dari sang resi  dan kutukan dari sang dewi Drupadi yang telah berhasil dibuktikan,  itu sudah merupakan kehendak para dewa-dewa, karena itu janganlah dilanjutkan kehendak kakanda raja Baladewa yang tidak benar itu. Sebab apa yang sudah dilakukan Bhima sesuai dengan dharma menurut perintah dewa-dewa”.

Pustaka :
Prof. Dr. R.M. Sutjipto Wirjosuparto
Kakawin Bharata-Yuddha, Bhratara – Jakarta 1968

Tidak ada komentar:

Posting Komentar