Sabtu, 18 April 2015

“DALAM DIRIKU, DIRIMU, DIRI KITA” Karya: Slamet Priyadi

Image "Aki Slamet" ( Foto: SP )
Aki Slamet
“DALAM DIRIKU, DIRIMU, DIRI KITA”
Karya: Slamet Priyadi

Di  dalam diriku,  dirimu,  dan  diri kita
Bersemayam sifat dan watak Dasamuka
Tamak, rakus, serakah penuhlah angkara murka
Berangasan,  merasa paling kuat,  sakti digjaya

Di  dalam  diriku,  dirimu,  dan  diri  kita
 Bersemayam sifat dan watak  Kumbakarna
Tak mau mendengar selalu merasa paling benar
Penuh dengan nafsu amarah tak mau mengalah

Di  dalam  diriku,  dirimu,  dan  diri  kita
Bersemayam sifat dan watak Sarpakenaka
Utamakan nafsu birahi libidonya tak terkendali
Seperti Begawan Wisrawa kepincut Dewi Sukesi

Di  dalam  diriku,  dirimu,  dan  diri  kita
Bersemayam pula sifat dan watak Wibisana
Penuh dengan kejujuran, kebenaran dan kesucian
Tolak kejahatan,  keburukan, mengajak kebaikan

Dan, sekali waktu jiwaku, ragaku adalah milik aku
Dan, sekali waktu jiwamu, ragamu adalah milikmu
Sekali waktu raga kita, jiwa kita adalah milik kita
Baik berwarna hitam, putih, merah, hijau dan biru
Aku,  kamu,  dan kita sendirilah yang menorehnya

Dan pada waktunya, saat batas usia itu tiba
Jiwaku,  jiwamu,  dan  jiwa kita  semuanya
Ragamu,  ragaku, dan raga  kita  semuanya
Menuju ke  sana,  kembali ke haribaan-Nya

T u h a n !  T u h a n !  T u h a n !

Sabtu, 18 April 2015 – 01:23 WIB
Slamet Priyadi di Pangarakan, Bogor 

Senin, 13 April 2015

PUISI-PUISI BULAN APRIL KARYA SLAMET PRIYADI

 
“ I N G S U N ”
Karya Slamet Priyadi

Lima puluh delapan tahun empat sasi ingsun t’lah kembara
Ngelayang terbang terumbang-ambing di alam marcapada
Terbelenggu tali-temali panjang kekang lingkaran samsara
Atma pun menerawang lewati lawang-lawang suka bahagia
Telusuri  alam jiwa raga yang terus saling gelut bergelora
Membara di awang-awang tak bisa langkahi karang marga
Tuju tempat akhir manusia hidup di syurga atau di neraka

Ingsun mesu diri renungkan tentang syariat, dan makrifat
Hakikat sikap hidup di alam mayapada dan di alam akhirat
Yang tiada ada kendali keculi “Dia”, Tuhan Sang Maha Zat
Sang Maha Raja, Maha terkuat dari segala raja yang kuat
Yang perintah-Nya haruslah dilaksanakan tanpa bersyarat
Yang hanya kepada-Nya kita mengharapkan segala hasrat
Tempat memohon  minta segala keinginan yang menggeliat

Tetapi mengapa hingga  sekarang ingsun masih bersiasat ?
Ingsun masih tak menyadari diri ini  bagaikan seekor lalat
Selalu saja mencari-cari alasan dan belum juga mau tobat
Padahal dosa-dosa sudah makin berwarna hitam berkarat
Bergelimang nafsu  angkara murka,  umbar nafsu maksiat
Bersikap angkuh, sombong congkak, dan melupakan sholat
Padahal usia sudah semakin tua tak bisa lagi diulang ralat

Satu demi satu pun sahabat karib pergi tinggalkan ingsun
Dan itu telah buat kropos  bangunan karib yang tersusun
Namun, ada detak-detak  hati nurani mengalun beruntun
Suarakan nada-nada  kesucian religi yang terus mengalun
Ajak ingsun untuk kembali ke hijaunya lembah dan gurun
Berjuang  seberangi belantara da’wah nan lembut santun
Jauhkan angkara satukan sifat kasih dalam tubuh ingsun

Jumat, 03 April 2015 – 09:26 WIB
Slamet Priyadi di Pangarakan, Bogor

 
“DI SAAT TENGAH MALAM”
Karya Slamet Priyadi

Ketika lampu listrik itu padam di tengah malam
Suasana gulita pun  terasa  semakin mencekam
Rupa  Sang  Putri  Dewi malam nampak muram
Bercadar selimut tebal bertabir  kabut hitam

Tiada lagi sinar  keemasan di peraduan malam
Semua yang ada  nampak  semakin menghitam
Sehitam warna suasana hati  yang jadi geram
Lihat segala tingkah laku manusia kotori alam

Gemericik  riak air sungai yang mengalir marah
Sentuh bebatuan yang  menerpa merona merah
Percik air menyengat pancar aroma anyir darah
Unggas-unggas  potong mengerang hilang wajah

Sementara kelelawar hitam keluar  dari sarang
Kepakkan sayap  terbang  melayang liar garang
Sergap mangsa sang  laron nyawapun melayang
Tinggallah sang katak dalam hatinya meradang

Suara serangga orong-orong di pohon singkong
Suara serigala  yang terus saja melolong-lolong
Adalah tembang nyanyian kloro-loro bolo katong
yang tak pernah sepi dan terus saja merongrong

Bumi Pangarakan, Bogor
Jumat, 03 April 2015 – 23:53 WIB
 
 
SERASA RUH HILANG SEPARUH
Karya: Slamet Priyadi

Saat kenangan itu hadir lagi mengoyak relung jiwa
Serasa ruh hilang separuh kembara entah kemana
Dan separuhnya, jadi ungkitkan lagi kenangan lama
Terasa menggigit sakit kambuhkan lagi bekas luka

Wajah rebah bersimpuh dalam separuh kesadaran
Inginkan bongkah  kenangan yang lama berserakan
Kembali tersatukan untuk semaikan rasa kasmaran
Yang terus selalu  membelenggu rasa, jiwa, pikiran

Padahal sudah lama  aku coba  membuang duka lara
Kepakkan  sayap terbang tinggi pergi ke  maniloka
Manjakan, puaskan  segala hasrat kesenangan rasa
Hanya untuk lupakan semua kenangan tapi tak bisa

Kini semakin terasa,  serasa  ruhku hilang separuh
Atma  pupus, raib, gaib tak bisa lagi berpikir jauh
Nalar  semakin  hancur luluh hanya bisa bersimpuh
Sesali yang terjadi, kenapa kau hadir lagi berlabuh

Sabtu, 04 April 2015 – 18:40 WIB
Bumi Pangarakan, Bogor

 
"NENEK TUA MISTERIUS"
Karya: Slamet Priyadi

Sudah lima kali kelelawar hitam itu terbang balik berputar
Berkelebat sebat di  depan wajahku yang sedikit bergetar
Hembus angin kepak sayapnya buat wajah seperti ditampar
Ngeri, bulu kuduk berdiri tubuhku mulai bergidik gemetar
Meski begitu, kuterus melangkah berjalan halau rasa gusar

Sementara jalan yang aku lalui begitu becek, gelap dan sepi
Hanya ada lampu jalan yang  sebentar hidup  sebentar mati
Hujan rinai sejak pagi hingga malam hari pun tak mau henti
Dalam rasa takut yang akut kelelawar itu kagetkan aku lagi
Kembali berkelebat depan wajahku  seperti beri informasi,

Tuan,  aku  sarankan sebaiknya, jangan lanjutkan perjalanan
Sebab di sana ada sesuatu yang mungkin menakutkan, tuan!
Peringatan sang kelelawar sama sekali tidak aku perdulikan
Seraya baca mantra pengusir syetan, aku teruskan berjalan
Telusuri jalan sepi  yang ditumbuhi banyak semak tumbuhan

Saat lewati pohon jamblang yang tinggi, besar dan rindang
Ada sosok wanita tua berwajah keriput berambut panjang
Menyapa parau tertawa cekikikan tubuhnya menggerayang
Hi, hi, hi, cucu mau kemanakah gelap-gelap sudah ngayang?
Saya orang dekat sini, nek mau berangkat kerja cari uang!

Mendengar jawabanku sang nenek berikan pesan religius :
“Tapi ingat cucuku, semua harus dilambari motivasi serius
Giatlah bekerja, berlandas sikap perilaku baik dan bagus
Untuk kebahagiaan bersama keluarga, janganlah tergerus
Segala iming dunia yang membuat bahagiamu terberangus”

Jumat, 10 April 2015 – 21:34 WIB
Slamet Priyadi
Di Kp. Pangarakan, Bogor


“NEGERI CARUT MARUT”
KARYA: Slamet Priyadi

Dan,  merenunglah  aku seorang diri
Di  sini di  kamarku yang  sekecil ini
Di  saat  situasi  dan keadaan negeri
Jadi  carut  semerawut di segala lini

Politik,  ekonomi,  sosial, dan budaya
Yang  dikelola  oleh pejabat  negara
Untuk  kemakmuran  rakyat semata
Jadikan rakyat berlinangan airmata

Politisi penghuni  lembaga  bergengsi
Perilakunya sudah tak bisa diteladani
Saling menghujat, adu kuat berkelahi
Merasa paling benar perebutkan kursi

Perkonomian  morat-marit  derak-derik
BBM  naik  bahan pokok naik semua naik
Harga  melambung  rakyat pun tercekik
Hanya bisa mengeluh  tak bisa berkutik

Korupsi pun merajalela  di semua lembaga
Para  koruptor  ngerat sikati uang negara
Jaring  narkoba jerat tunas-tunas bangsa
Hilang nyawa raib,  sirna masa-masa muda

Pelaku hukum, para pendidik, tokoh agama
Politisi, pemimpin, pejabat tak lagi wibawa
Terbelenggu  rantai  nafsu  tamak angkara
Yang buat negeri ini jadi carut-marut lara

Pangarakan, Bogor
Minggu, 12 April 2015 – 09:54WIB
 
 
"HUH, DPR SEKARANG !"
Karya: Slamet Priyadi

DPR sekarang nampak  seperti orang-orang  beler
Kacau-balau  semerawut tak karuan  pada keleler
Matanya  melotot  pating mencotot saling ngotot
Saling tarik-menarik rebutan  sekerat daging alot

DPR sekarang seperti orang-orang yang linglung
Waktu kampanye pileg rakyat dimintai pitulung
Saat menjabat  aspirasi rakyat  malah digulung
Gunakan selimut apik berhiaskan munafik gaung

Anggota DPR, kok seperti para bintang sinetron
Pandailah berulah berakting  berbedak di salon
Berperan jadi orang cerdas kadang orang blo’on
keluculucuan seperti kanak-kanak bermain balon

DPR sekarang seperti bukan lagi wakilnya rakyat
Tapi wakilnya orang-orang yang dirasakan hebat
Meskipun semua perilakunya  itu hanyalah jerat
Mereka tetap sepakat untuk merapat kuat-kuat

Ha ha ha, anggota DPR sekarang pada lucu-lucu
Meskipun lucu, tapi perilakunya janganlah ditiru
Bikin  muak, perut jadi terasa mau muntah mual
Sebab banyak taktik,  munafik, sering  membual

Minggu, 12 April 2015 - 12:18 WIB
Slamet Priyadi
Di Pangarakan, Bogor