Tampilkan postingan dengan label SOSIAL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SOSIAL. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 30 Maret 2013

Sosiolog: Soal Dukun, Masyarakat Harus Selalu Bersikap Kritis



Laporan: Gita Farahdina
Sabtu, 30 Maret 2013 | 23:47 WIB

Antara/Yudhi Mahatma/vg
Praktik Perdukunan
Metrotvnews.com, Jakarta: Banyaknya penipuan di balik nama dukun dan guru spiritual seharusnya menjadi pelajaran berharga masyarakat. Memang, mempercayai hal-hal seperti itu tidak bisa serta merta dikatakan salah, mengingat pengetahuan tentang dukun dan guru spiritual sudah sejak lama diyakini masyarakat. Namun, setidaknya jangan terlalu menggantungkan apa pun pada orang lain, termasuk dukun dan guru spiritual. Menurut Sosiolog Universitas Indonesia, Lucia Ratih Kusumadewi, seseorang sebaiknya tetap selalu bersikap kritis dan waspada, tidak mudah untuk percaya dan mencoba menggali informasi yang bermanfaat dari berbagai sumber.

"Ketika menghadapi masalah, hendaknya kita memikirkan sendiri jalan keluarnya. Usahakan untuk tidak langsung meminta bantuan terhadap mereka yang menyebut diri sebagai dukun atau guru spiritual," ujarnya.

Editor: Asnawi Khaddaf

Segala macam praktik magis sejak zaman" bahela", sejak zaman para nabi itu memang sudah ada. Apa lagi di Nusantara negeri tercinta kita ini yang masyarakat dan budayanya begitu heterogen. Baik Santet, tenung (ilmu hitam) dan mantra-mantra penangkalnya itu juga banyak dimiliki oleh para spritualis atau para normal kita di Nusantara ini. Yang menjadi persoalan adalah sekarang ini banyak sekali oknum-oknum paranormal dan dukun palsu yang sesungguhnya tidak memiliki ilmu-ilmu magis seperti itu. dan, oknum-oknum seperti ini biasanya hanya memiliki sedikit, hanya kulitnya saja dan itu yang digunakan untuk mensugesti, mempengaruhi kejiwaan sebagian besar korban yang jiwanya, imannya memang sedang labil karena dihimpit oleh berbagai persoalan hidup. Sosok spritualist, paranormal dan dukun semacam inilah yang tingkat komersialnya demikian tinggi.

Agar tidak tertipu dengan paranormal, spiritualis, dan dukun palsu semacam itu, sebenarnya sangat mudah untuk mengenal ciri-cirinya. Indikasinya adalah jika sang dukun palsu ini meminta tarif bayaran tinggi dengan meminta syarat yang bermacam-macam terkadang di luar nalar dengan maksud agar persyaratan itu diganti dengan sejumlah uang dan hanya si dukun bersangkutan yang mampu mengadakannya. Indikasi semacam itu tidak ada pada paranormal, spiritualist, dan dukun yang memang benar-benar mumpuni "keilmumagisannya".

Slamet Priyadi di Kp. Pangarakan - Bogor

Kamis, 14 Maret 2013

Pencipta Ogoh-ogoh mirip Anas merasa terintimidasi - Yahoo! News Indonesia

MERDEKA.COM. Pembuatan Ogoh-ogoh mirip Anas Urbaningrum berbuntut panjang. Komang Tenaya, warga Denpasar pencipta patung raksasa itu kini merasa terintimidasi. Sejak Ogoh-ogoh mirip mantan ketua umum Partai Demokrat itu diberitakan media, rumah Tenaya kerap didatangi polisi, TNI, politisi hingga aparat pemerintah.

"Intinya semua merasa keberatan," ujar Tenaya kepada wartawan, Rabu (13/3).
Dia menegaskan, pembuatan Ogoh-ogoh mirip Anas murni merupakan seni kreativitas sebagai kritik sosial atas kasus korupsi, tidak sedikit pun ada muatan politis. Apalagi korupsi adalah sifat jahat sama seperti sifat rakus buta kala yang merupakan representasi Ogoh-ogoh. Tenaya juga tidak pernah menyebut nama Anas dalam Ogoh-ogoh yang dibuatnya.

 "Tapi jika hal itu menimbulkan ketersinggungan pihak tertentu, saya minta maaf," ujar pria 41 tahun ini.

Tenaya juga mengaku telah dihubungi Gede Pasek Suardika, anggota DPR dari Partai Demokrat dan diingatkan jangan sampai Ogoh-ogoh mirip Anas itu dipolitisasi pihak tertentu. Setelah Tenaya memberi penjelasan, Anas melalui Pasek menyatakan bisa menerimanya. "Pak Anas bilang tidak masalah, cuma yang diingatkan hal ini bisa ditunggangi pihak tertentu sehingga dikhawatirkan bisa berkembang lebih besar lagi," kata dia.

Sumber: Merdeka.com

Minggu, 10 Maret 2013

Polda Temukan Kartu Intelijen di Mobil Hercules TEMPO.CO

Polda Temukan Kartu Intelijen di Mobil Hercules
Hercules
TEMPO.CO , Jakarta: Juru Bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto mengatakan, polisi bakal mendalami temuan kartu intelijen di mobil kelompok Hercules. "Nanti kami dalami apakah itu dibuat sendiri untuk gagah-gagahan atau tidak," ujar dia, Sabtu 9 Maret 2013.
 
Dia mengaku belum bisa memastikan keaslian kartu tersebut. »Buat kartu nama kan bisa di mana saja."
 
Polda menyita empat mobil dari Kembangan, Jakarta Barat, lokasi penangkapan Hercules dan 46 anak buahnya. Penyidik menggeledah keempat mobil tersebut dengan cara memecahkan kaca karena tidak bisa dibuka dengan kunci. Dua anggota tim pengacara Hercules menyaksikan penggeledahan, yaitu Ikraman Thalib dan Yoram Tnunay.

Pada mobil pertama, Daihatsu Terios warna silver B 1133 UVD, polisi menemukan sebilah golok, senjata api dengan peluru 6 butir, tas berisi kayu (sejenis akar), BPKB, uang Rp. 300 ribu, ponsel, puluhan peluru gotri, empat cincin, dua batu bulat, pisau dapur, alat pancing, senapan angin dan 10 kotak kecil peluru, teleskop, satu tabung gas, dan dua silinder.

Polisi juga menemukan kartu tanda anggota intelijen berwarna hijau dengan foto atas nama Franky. Menurut Kepala Sub Direktorat Reserse Mobil Polda, Ajun Komisaris Besar Herry Heryawan, "Namanya Franky Kilikili."

Adapun Yoram mengatakan, Franky adalah teman Hercules. "Dia teman kerja Hercules." Meski begitu, dia tak mau menyebut Franky sebagai pemilik mobil. "Belum bisa kami pastikan."

Hercules dan anak buahnya ditangkap di Kembangan, Jakarta Barat, Jumat sore 8 Maret 2013, setelah lima anggota kelompok itu memecahkan kaca di kompleks ruko PT Tjakra Multi Stategi, dekat apartemen Belmont Residence, Srengseng, Kembangan. (ATMI PERTIWI)