Sabtu, 21 Juli 2012

KYAI SINGALODRA By J.Dananjaya


SENIN, 16 APRIL 2012 - SITA BLOG - Diceritakan, daerah Cilacap acapkali disatroni para perampok dan para penjahat. Mereka menyerang dengan membabi buta, merampas harta benda, membunuh dengan sadis bagi siapa saja yang melawan mereka.

Pasukan keamanan Kadipaten Cilacap tidak mampu menghalau para perampok dan penjahat yang sering menggasak harta benda para penduduk. Jumlah pasukan keamanan sangat sedikit jika dibanding dengan para perampok yang begitu besar. Akibatnya, banyak para penduduk yang berpindah ke kampung lain yang lebih aman. Mereka pergi mengungsi untuk mencari daerah lain karena di daerahnya sudah tidak bisa lagi hidup tenang, aman dan tentram.

Menghadapi persoalan ini Adipati Cilacap menjadi sangat gelisah. Akhirnya, ia melaporkan keadaan itu kepada Sri Sunan Solo. Ia mengharap agar memperoleh bala bantuan guna mengamankan daerahnya.
Mendengar laporan ini Sri Sunan segera mengirimkan pasukan keamanan di bawah pimpinan Kyai Singalodra, Kyai Jayabaya, dan Jogolaut. Mereka semua merupakan prajurit-prajurit pilihan yang memiliki kemampuan Kanuragan yang tinggi dan mumpuni. Sejak dikirimkannya pasukan-pasukan keamanan dibawah pimpinan Kyai Singalodra, keamanan di Kabupaten Cilacap berangsur-angsur semakin membaik. Para penjahat sedikit demi sedikit mulai meninggalkan daerah operasi mereka, ada yang kembali ke kampung halaman mereka di luar pulau Jawa.

Akan tetapi, pada suatu ketika tiba-tiba datang sekawanan perampok dalam jumlah yang sangat besar. Mereka menyerang secara menggebu-gebu namun semuanya masih bisa diatasi, mereka tak mampu mengalahkan kedigjayaan Kyai Singalodra, Kyai Jayabaya, dan Jogolaut. Mereka semua dapat dihalau, banyak di antara mereka yang mati dan banyak pula yang lari tunggan langgang meninggalkan Cilacap. Rupanya dari sebagian mereka ada sekelompok kecil yang selamat menyembunyikan diri. Kelompok inilah yang berencana untuk membalas dendam pada Kyai Singalodra dengan mencari kesempatan saat Kyai Singalodra lengah.

Suatu ketika saat Kyai Singalodra berjalan sendiri mengadakan pemeriksaan dengan membawa lima buah kelapa yang merupakan kesenangannya, ia disergap dari belakang oleh kawanan perampok yang mempunyai dendam pada Kyai Singalodra. Mereka membunuh Kyai Singalodra secara pengecut dan keji dengan membatainya dari belakang.

Setelah kejadian yang tragis dan menyedihkan itu, Kadipaten Cilacap semakin diperketat keamanannya. Pimpinan diambil alih oleh Kyai Jayabaya dan Jogolaut yang terus menggejar para perampok yang telah membantai Kyai Singalodra dan menangkap mereka dan memberikan hukuman yang setimpal. Bagi mereka yang melawan tewas di tangan Kyai Jayabaya dan Jogolaut. Sebagian dari para perampok itu ada yang insyaf menjadi orang baik-baik dan tetap tinggal di Kadipaten Cilacap. Mereka membangun sebuah perkampungan yang diberi nama Kampung Penjagaan. Perkampungan Penjagaan ini terdiri dari Kampung Mutaian, Klaces, Ujung Gagak, dan Ujung Alang. Kesemuanya didirikan di atas laut.

Menurut cerita penduduk setempat kisah ini dipercaya memang pernah terjadi, dan merekapun dapat menunjukkan makam Kyai Singalodra yang sampai kini masih dikramatkan orang. Pada saat-saat tertentu terutama pada setiap hari Selasa dan Jumat Kliwon masih banyak orang-orang yang berziarah ke makam Kyai Singalodra untuk memohon berkah.

Konon kabarnya, menurut kepercayaan penduduk setempat, mereka sering melihat seekor harimau gaib berwarna putih yang sering muncul pada hari-hari kramat, malam Selasa dan malam Jumat Kliwon di sekitar makam Kyai Singalodra. Dan harimau putih tersebut merupakan jelmaan dari Kyai Singalodra. (Sita 06)


Senin, 09 Juli 2012

"DA'WAH ISLAM DALAM MUSIK GAMELAN" By Denmas Priyadi


1
Seperangkat gamelan sedang dimainkan

SABTU, 10 JULI 2012 - Denmas Priyadi Blog :  Musik gamelan yang diciptakan oleh para Wali di zaman Islam sesungguhnya berfungsi sebagai media da’wah, yaitu mengajak masyarakat untuk masuk agama Islam. Artinya, tujuan utama dari penciptaan musik gamelan tersebut bukan hanya untuk hiburan semata, tetapi juga sebagai sarana dawah Islam. Oleh karena itu ciri khas dari bunyi instrument musik gamelan tersebut mengandung makna tertentu yang berisi ajakan kepada manusia untuk masuk dan mempelajari, dan melaksanakan ajaran Islam. Bunyi dari setiap instrument tersebut juga diciptakan sedemikian rupa, dibuat mirip  
dengan kata dalam bahasa Jawa seperti contoh berikut:

1.      Kenong  
Instrument musik gamelan ini apabila dibunyikan akan bersuara, “Nong; Nong; Nong”    ( Nong kono ).
2.      Sharon
Jika dibunyikan alat musik ini akan bersuara, “Ning; Ning; Ning” ( Ning kene )
3.      Kempul  
Instrument musik kempul jika dimainkan berbunyi, “Pung, Pung, Pung”( Pul, atau kumpul )
4.      Kendang
Instrument kendang jika dipukul akan berbunyi, “Ndang; Ndang; Tak; Ndang-Ndang”     ( dhang, berarti hayo segera )
5.      Genjur
Instrument musik genjur ini jika dipukul akan mengeluarkan bunyi, “Ghur; Ghur”( ghur, berarti nyegur atau masuk ).

Bunyi suara dari kelima instrument tersebut di atas apabila dihubungkan menjadi satu akan membentuk kalimat sebagai berikut :
“Yo nong kono, yo ning kene, ayo podo kumpul, ayo podo kumpul. Yen ditak, dikon, diperintah, ending-endang wae pada tandang. Kabeh wae podo njegur”.
Instrument Genjur dibunyikan pada pukulan terakhir di kalimat lagu. Artinya, pada akhirnya semua yang di sana dan di sin hayo masuklah ke dalam agama Islam. Jelasnya adalah baik yang di sana, di situ, dan di sini, marilah kita berkumpul. Apabila diperintah, segera kerjakan. Hayo masuklah untuk memeluk Agama Islam!  (Refernsi : Moch. Machin, Majalah Penyuluh Agama, th.VII/59, hal.33.)  

   Menurut Prof.Abdullah Sigit, bunyi "neng - ning - nung - nang" pada instrumen gamelan mengandung makna sebagai berikut: 1. Neng bermakna meneng (diam). 2. Ning ( bening). artinya,dengan sikap meneng yang kita miliki lalu jiwa menjadi jernih (bening), 3. Nung (demunung). artinya, setelah kejernihan tercapai maka kita akan  mampu menempatkan segala permasalahan dalam jiwa kita pada tempat yang sewajarnya, 4. Nang (menang), jika semuanya itu mampu kita jalani, mampu kita kuasai (Meneng, bening, demunung), maka jiwa kita akan merasa tenang karena kita mampu menguasai jiwa kita sendiri (menang).  Referensi : Prof. Drs. Abdullah Sigit: “Situasi Negara Kita Ditinjau Dari Sudut Ilmu Sosial”. Majalah Criterium No.10 th.IV, hal.6



"UNSUR DA'WAH ISLAM DALAM MUSIK GAMELAN" By Denmas Priyadi

Seperangkat gamelan sedang dimainkan

SELASA, 10 JULI 2012 - Denmas Priyadi Blog :  Musik gamelan yang diciptakan oleh para Wali di zaman Islam sesungguhnya berfungsi sebagai media da’wah, yaitu mengajak masyarakat untuk masuk agama Islam. Artinya, tujuan utama dari penciptaan musik gamelan tersebut bukan hanya untuk hiburan semata, tetapi juga sebagai sarana dawah Islam. Oleh karena itu ciri khas dari bunyi instrument musik gamelan tersebut mengandung makna tertentu yang berisi ajakan kepada manusia untuk masuk dan mempelajari, dan melaksanakan ajaran Islam. Bunyi dari setiap instrument tersebut juga diciptakan sedemikian rupa, dibuat mirip  dengan kata dalam bahasa Jawa seperti contoh berikut:

1.      
Kenong  
Instrument musik gamelan ini apabila dibunyikan akan bersuara, “Nong; Nong; Nong” ( Nong kono ).
      2.      Sharon
Jika dibunyikan alat musik ini akan bersuara, “Ning; Ning; Ning” ( Ning kene )
      3.      Kempul  
Instrument musik kempul jika dimainkan berbunyi, “Pung, Pung, Pung”( Pul, atau kumpul )
      4.     Kendang
Instrument kendang jika dipukul akan berbunyi, “Ndang; Ndang; Tak; Ndang-Ndang”     ( dhang, berarti hayo segera )
      5.  Genjur
Instrument musik genjur ini jika dipukul akan mengeluarkan bunyi, “Ghur; Ghur”( ghur, berarti nyegur atau masuk ).

Bunyi suara dari kelima instrument tersebut di atas apabila dihubungkan menjadi satu akan membentuk kalimat sebagai berikut :
“Yo nong kono, yo ning kene, ayo podo kumpul, ayo podo kumpul. Yen ditak, dikon, diperintah, ending-endang wae pada tandang. Kabeh wae podo njegur”.
Instrument Genjur dibunyikan pada pukulan terakhir di kalimat lagu. Artinya, pada akhirnya semua yang di sana dan di sin hayo masuklah ke dalam agama Islam. Jelasnya adalah baik yang di sana, di situ, dan di sini, marilah kita berkumpul. Apabila diperintah, segera kerjakan. Hayo masuklah untuk memeluk Agama Islam!  (Refernsi : Moch. Machin, Majalah Penyuluh Agama, th.VII/59, hal.33.)  

   Menurut Prof.Abdullah Sigit, bunyi "neng - ning - nung - nang" pada instrumen gamelan mengandung makna sebagai berikut: 1. Neng bermakna meneng (diam). 2. Ning ( bening). artinya,dengan sikap meneng yang kita miliki lalu jiwa menjadi jernih (bening), 3. Nung (demunung). artinya, setelah kejernihan tercapai maka kita akan  mampu menempatkan segala permasalahan dalam jiwa kita pada tempat yang sewajarnya, 4. Nang (menang), jika semuanya itu mampu kita jalani, mampu kita kuasai (Meneng, bening, demunung), maka jiwa kita akan merasa tenang karena kita mampu menguasai jiwa kita sendiri (menang).  Referensi : Prof. Drs. Abdullah Sigit: “Situasi Negara Kita Ditinjau Dari Sudut Ilmu Sosial”. Majalah Criterium No.10 th.IV, hal.6 (Denmas Priyadi 09)