1
Seperangkat gamelan sedang dimainkan |
SABTU, 10 JULI 2012 - Denmas
Priyadi Blog : Musik gamelan yang
diciptakan oleh para Wali di zaman Islam sesungguhnya berfungsi sebagai media
da’wah, yaitu mengajak masyarakat untuk masuk agama Islam. Artinya, tujuan
utama dari penciptaan musik gamelan tersebut bukan hanya untuk hiburan semata,
tetapi juga sebagai sarana dawah Islam. Oleh karena itu ciri khas dari bunyi
instrument musik gamelan tersebut mengandung makna tertentu yang berisi ajakan
kepada manusia untuk masuk dan mempelajari, dan melaksanakan ajaran Islam. Bunyi
dari setiap instrument tersebut juga diciptakan sedemikian rupa, dibuat
mirip
dengan kata dalam bahasa Jawa
seperti contoh berikut:
1. Kenong
Instrument
musik gamelan ini apabila dibunyikan akan bersuara, “Nong; Nong; Nong” ( Nong kono
).
2. Sharon
Jika
dibunyikan alat musik ini akan bersuara, “Ning;
Ning; Ning” ( Ning kene )
3. Kempul
Instrument
musik kempul jika dimainkan berbunyi, “Pung,
Pung, Pung”( Pul, atau kumpul )
4. Kendang
Instrument
kendang jika dipukul akan berbunyi, “Ndang;
Ndang; Tak; Ndang-Ndang” ( dhang,
berarti hayo segera )
5. Genjur
Instrument
musik genjur ini jika dipukul akan mengeluarkan bunyi, “Ghur; Ghur”( ghur, berarti nyegur atau masuk ).
Bunyi suara dari kelima
instrument tersebut di atas apabila dihubungkan menjadi satu akan membentuk
kalimat sebagai berikut :
“Yo nong kono, yo ning kene, ayo
podo kumpul, ayo podo kumpul. Yen ditak, dikon, diperintah, ending-endang wae
pada tandang. Kabeh wae podo njegur”.
Instrument Genjur
dibunyikan pada pukulan terakhir di kalimat lagu. Artinya, pada akhirnya semua
yang di sana dan di sin hayo masuklah ke dalam agama Islam. Jelasnya adalah baik
yang di sana, di situ, dan di sini, marilah kita berkumpul. Apabila diperintah,
segera kerjakan. Hayo masuklah untuk memeluk Agama Islam! (Refernsi
: Moch. Machin, Majalah Penyuluh Agama, th.VII/59,
hal.33.)
Menurut Prof.Abdullah Sigit,
bunyi "neng - ning - nung - nang" pada instrumen gamelan mengandung
makna sebagai berikut: 1. Neng bermakna meneng (diam). 2. Ning ( bening).
artinya,dengan sikap meneng yang kita miliki lalu jiwa menjadi jernih (bening),
3. Nung (demunung). artinya, setelah kejernihan tercapai maka kita akan mampu menempatkan segala permasalahan dalam
jiwa kita pada tempat yang sewajarnya, 4. Nang (menang), jika semuanya itu
mampu kita jalani, mampu kita kuasai (Meneng, bening, demunung), maka jiwa kita
akan merasa tenang karena kita mampu menguasai jiwa kita sendiri (menang). Referensi
:
Prof. Drs. Abdullah Sigit: “Situasi Negara Kita Ditinjau Dari Sudut
Ilmu Sosial”. Majalah Criterium No.10 th.IV, hal.6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar