Minggu, 08 April 2012

"Berdirinya Indraprasta" oleh Sita


Narayan Arjuna
SENIM, 09 APRIL 2012 - SITA BLOG - Diceritakanlah ketika  Dewa Agni yang menyamar sebagai brahmana meminta bantuan kepada Sri Kresna dan Arjuna yang pada saat itu sedang asyik mengobrol sambil menikmati indahnya panorama alam di tepian sungai Yamuna. Adapun bantuan yang diinginkan oleh Dewa Agni kepada Sri Kresna dan Arjuna adalah membakar hutan Kandawa yang dilindungi oleh Batara Indra. Karena menurut petunjuk yang diperolehnya setelah bersamadi memohon petunjuk pada Hyang Brahma, bahwa yang bisa menolong Dewa Agni untuk membakar hutan Kandawa untuk mencari sejenis tumbuh-tumbuhan bernama “Latamausadi” yang terdapat di hutan tersebut, adalah Narayana dan Nara yang telah menjelma kepada Sri Kresna dan Arjuna.

            “Wahai sang Nara dan Narayana yang sakti mandraguna, terus terang saya sangat membutuhkan pertolongan tuan-tuan untuk mendapatkan Latamausadi di hutan Kandawa, oleh karena menurut petunjuk Sang Batara Brahma, hanya tuan berdualah yang sanggup membantu saya untuk membakar hutan Kandawa yang dilindungi oleh Batara Indra itu!” Pinta Batara Agni kepada Arjuna dan Sri Kresna.

            Mendengar penuturan yang penuh harap dari Dewa Agni, akhirnya Arjuna dan Sri Kresna mengabulkan permintaan Dewa Agni. Tak lama kemudian, dengan bantuan dan perlindungan dari Arjuna dan Sri Kresna, Dewa Agni membakar hutan Kandawa sampai luluh lantak, habis terbakar semua dalam waktu tidak lebih dari satu setengah bulan. Menurut cerita hanya tersisa enam penghuni hutan yang selamat dari amukan dan kesaktian senjata Arjuna dan Sri Kresna mereka adalahdi, raksasa Maya, Aswasena, dan empat ekor burung Sarngaka.
 
            “Wahai tuan-tuan sang Nara dan Narayana yang sakti mandraguna, tuan-tuan telah banyak menolong saya, berbuat sesuatu untuk membantu saya mendapatkan Latamausadi. Tanpa bantuan tuan-tuan berdua tentu saya tak bisa membakar hutan Kandawa yang sedemikian luas, dan tidak mungkin berhasil mendapatkan Latamausadi, oleh karena itu mintalah kepadaku, apa saja yang tuan-tuan inginkan sebagai balas budi saya kepada tuan-tuan?!”  kata Dewa Agni kepada Arjuna dan Sri Kresna dengan sungguh-sungguh.

            “Baiklah!  Arjuna Menjawab, “Jika demikian, berikanlah kepada kami berdua semua senjata sakti yang dimiliki Batara Indra!”

            Dewa Agni menyanggupi dan mengabulkan permintaan Arjuna sambil berkata, “Kalian berdua adalah harimau di antara manusia. Ke mana saja kalian pergi, kalian akan seperti harimau!”  Dewa Agni pun menghilang dari pandangan Arjuna dan Sri Kresna.   

            Selanjutnya Arjuna dan Sri Kresna melanjutkan perjalanannya, hanya raksasa Maya yang diajaknya serta menemani pengembaraannya. Ketika sampai di tepi sungai Yamuna yang elok nan permai itu, mereka beristirahat untuk melepaskan lelah. Pada saat itu raksasa Maya sambil membungkuk berkata kepada Arjuna, 

            “Tuanku Arjuna, karena tuan telah menyelamatkan hamba dari panasnya amukan api di hutan Kandawa, maka katalah kepada hamba, apa yang tuan inginkan dari hamba?”

            “Sudahlah, Maya! Jangan kamu pikirkan itu, sekarang kamu bebas untuk pergi sesuka hatimu, akan tetapi ingatlah! Kamu harus bersikap baik dan ramah kepada semua orang”. Jawab Arjuna kepada raksasa Maya.

            “Tuanku Arjuna, katakanlah sekali lagi! Apa yang tuan inginkan dari hamba, terus terang hamba ini orang yang ahli dalam hal bangunan”. Desak raksasa Maya kepada Arjuna.
 
            “Maya, terus terang aku sama sekali tidak mengharapkan balas budi apapun darimu. Perkataanmu bahwa aku telah menyelamatkanmu, itu sudahlah cukup. Akan tetapi jika engkau mendesak tentu aku tidak akan menolak, sekarang tanyakanlah kepada kanda Sri Kresna!” Arjuna mengulangi pernyataanya kepada raksasa Maya.

            Mendengar ini Sri Kresna tak menyia-nyiakan kesempatan ini, segera ia menghampiri raksasa Maya kemudian berkata sambil berbisik di telinga Maya, 

Narayana Sri Kresna

            “Bagunlah sebuah istana yang megah dan indah di Indraprasta ini, yang kemegahannya dan keindahannya tidak ada yang menyamai dan di seantero muka bumi ini”.
 
            Raksasa Maya yang memang ahli dalam membuat bangunan, dengan segala kesaktiannya segera membangun sebuah istana yang indah dan megah di Indraprasta. Dalam waktu satu tahun dua bulan, di Indraprasta telah berdiri sebuah istana kerajaan yang begitu indah dan megah yang keindahan dan kemegahannya tidak ada yang menyamai bahkan tidak kalah keindahannya dengan istana para dewa-dewa sekalipun. Untuk merayakan upacara penyerahan istana kerajaan Indraprasta, Sri Kresna menyarankan kepada ke Lima Pandawa  agar terlebih dahulu menaklukkan kerajaan-kerajaan yang dahulunya acapkali jenindas dan menjajah negeri-negeri lain yang berada di sekitar Indraprasta. Ke lima tokoh Pandawa menerima saran Sri Kresna, maka merekapun saling berbagi tugas, 

                      Yudistira menjadi raja di Indraprasta,
                        Bima menaklukkan negeri-negeri yang berada di sebelah Timur,
-                     Arjuna menanklukkan negeri-negeri yang berada di sebelah Utara,
-                     Nakula menaklukka negeri-negeri yang berada di sebelah Barat,
-                     Sadewa menaklukkan negeri-negeri yang berada di sebelah Selatan.

PANDAWALIMA PENGUASA INDRAPRASTA


Setelah berhasil menaklukkan negeri-negeri yang berada di daerah sekitar Indraprasta, ke lima tokoh Pandawa bersama Sri Kresna mengadakan upacara syukuran dan selamatan untuk memuliakan kraton Indraprasta dengan rajanya yaitu Yudistira putera tertua dari Pandawa Lima. Banyak dari para raja-raja sekitar yang hadir pada perayaan upacara berdirinya kerajaan Indraprasta yang indah dan megah tersebut, tek terkecuali raja dari para Kurawa negeri Astina, Prabu Duryudana dan patih Sangkuni. Mereka rata-rata semuanya berdecak kagum akan keindahan dan kemegahan Indraprasta.

Sekian

Selasa, 03 April 2012

CIKAL BAKAL SMAN 42 & LAGU MARS 42 by Slamet Priyadi

Hindarto, Slamet, Lupa, Edi Pujianto

SENIN, 2 APRIL 2012 - DENMAS PRIYADI BLOG - Selepas saya lulus dari sekolah lanjutan tingkat pertama SMP Negeri 52 Jakarta tahun 1974, saya melanjutkan sekolah ke sekolah menengah atas, untuk itu saya mendaftar ke SMA Negeri 14 Jakarta yang berlokasi di daerah Cililitan dengan melalui test. Adapun mata pelajaran yang ditestkan sebagai syarat masuk adalah Al-Jabar, Civik, Sejarah, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris. Alhamdulilah, saya lulus test, dan diterima menjadi salah satu  siswa SMA Negeri 14 meskipun  kelas jauhnya yaitu SMA Negeri 14 Filial yang berlokasi di daerah Halim Perdanakusuma. Tepatnya kira-kira 50 meter dari Pelabuhan Udara Halim Perdanakusuma. Sekolahnya masih terbuat dari kayu dan hanya tiga local. Perlu diketahui bahwa era tahun tujuhpuluhan masyarakat masih bebas memilih sekolah yang dikehendaki tidak bergantung pada lokasi tempat tinggal yang penting adalah test masuknya. Dahulu yang mendaftar masuk ke sekolah pada umumnya adalah siswa itu sendiri, tidak diantar orang tua seperti sekarang.

Kepala SMA Negeri 14 pada waktu itu dijabat oleh bapak Odink sedangkan kelas jauhnya, SMA Negeri 14 Filial-Halim Perdanakusuma dijabat oleh para wakilnya yaitu bapak Ismail dan bapak Suyanto. Di kemudian hari bapak Suyanto menjadi kepala SMA Angkasa, dan pak Ismail menjadi kepala Sekolah SMA Negeri 14 Filial. Guru mata pelajaran kesenian pada waktu itu (1975 sampai dengan 1976) dipegang oleh pak Bantolo, tahun 1977 oleh ibu Tisnoarsi. Sebelumnya di tahun 1976 lokasi SMA Negeri 14 Filial dipindah ke jalan Rajawali di samping Rumah Sakit Halim sampai sekarang dengan bentuk bangunan yang sudah beberapa kali mengalami perubahan.
Sebagaimana anak sekolah kebanyakan, saya aktif di OSIS, saya dipercaya untuk menjadi pengurus OSIS yang mengelola kesenian. Membentuk vocal group, theater sekolah. Mengikuti berbagai aktifitas lomba cipta lagu, band dan lain-lain. Siswa SMA Negeri 14 Filial yang menjadi artis penyanyi yang cukup terkenal di era tahun tujuhpuluhan angkatan saya di antaranya adalah Rafika Duri, juara I Bintang Radio dan Televisi, dan Ati Lex Trio. 

Kelompok "KABUT HALIM BAND" Heru, Slamet, Hindarto, Edi P 1977
Saat penerimaan siswa baru (PSB) tahun 1976 saya menciptakan lagu Mars Masa Perkenalan Siswa (Mapersis) yang dinyanyikan pada saat pelaksanaan PSB. Notasi lagu inilah yang menjadi cikal bakal lagu Mars 42. Setelah lulus SMA tahun 1977 saya melanjutkan pendidikan, kuliah di IKIP Jakarta, sekarang UNJ dengan mengambil jurusan Seni Rupa selama 6,5 tahun. Di IKIP Jakarta saya juga mempelajari music, belajar piano dan not balok. Selama dua tahun kuliah di IKIP pada tahun 1979, saya diminta kepala sekolah SMA 14 Filial pak Ismail untuk mengajar pelajaran seni membantu ibu Tisnoarsi. Di awal tahun 1980 SMA Negeri 14 Filial berubah namanya menjadi SMA Negeri 42 Jakarta. Adapun lagu Mars 42 notasinya saya buat tahun 1976 seperti telah saya kemukakan di atas, dan liriknya saya buat tahun 1989 sebagaimana yang selalu kita dengar pada setiap hari Senin saat upacara bendera serta upacara-upacara yang lain.
Sekian