Jumat, 28 Februari 2014

Dalang dari Australia: Wayang Jadi Sarana Diplomasi Budaya



Laporan Wartawan Tribun Jateng Abdul Arif
 
Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan
Wayang Kulit: Dalang cilik, Jose membawakan wayang kulit pada malam pembukaan Pasar Imlek Semawis, di Kawasan Pecinan, Kota Semarang, Jateng, Senin (27/1/2014). Pesta rakyat yang diselenggarakan hingga Rabu (29/1/2014) pada jelang perayaan Imlek ini merupakan agenda tahunan. (Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan)
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Jumat, 28 Februari 2014 13:10 WIB - Wayang adalah satu di antara kesenian yang mampu diandalkan dalam Diplomasi Budaya Indonesia.

Demikian disampaikan KRT Gaura Mancacaritadipura, pada Forum Kajian Kebijakan Luar Negeri (FKKLN), yang digelar di gedung Widyapuraya lantai 2 Universitas Diponegoro Semarang, Kamis (27/2/2014).

Dalang dari Australia yang sekarang menjadi warga Indonesia itu menyatakan, diplomasi budaya dalam rangka politik luar negeri sudah dilakukan Indonesia sejak jaman Presiden Soekarno. Saat era revolusi, kata dia, banyak misi kesenian termasuk wayang dikirim sebagai usaha Indonesia memperkenalkan budaya.

Gaura, yang juga merupakan wakil dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, menceritakan bagaimana Pemerintahan Bung Karno menarik hati para penjajah. 

"Ia suguhkan pagelaran musik angklung bersanding dengan musik-musik eropa, yang ternyata disambut baik oleh Belanda karena keindahannya," ungkapnya.

Menurut Gaura, dalam pertunjukan wayang, selain mengusung nilai-nilai  adiluhung, juga bisa disisipi pesan diplomasi. Namun, Gaura menyayangkan, meski wayang sudah diakui oleh masyarakat dunia minat generasi muda untuk mempelajarinya sangat kurang. Bahkan dia menilai cenderung ditinggalkan.

Ketua Forum Kajian Kebijakan Luar Negeri, Wening Esthyprobo mengatakan kegiatan forum ini merupakan kali pertama di tahun 2014. Menurutnya dalam satu tahun FKKLN akan mengadakan kegiatan serupa sebanyak 4-5 kali.

"Tujuan pelaksanaan ini adalah mengkaji lebih jauh dan mendorong  pemerintah, akademisi, dan komponen masyarakat dalam memajukan seni budaya sebagai suatu bentuk tanggungjawab bersama dalam diplomasi total", ujarnya

Duta Besar Argentina, Richardo Luis Bocalandro yang juga hadir sebagai pembicara siang itu juga menyampaikan tentang bagaimana Argentina menjadi terkenal di dunia dengan Tarian Tanggonya.

"Tarian Tanggo menjadi Icon Argentina karena tarian yang diperagakan penuh ekspresif itu mengundang banyak perhatian dan kagum bagi yang melihatnya", ujarnya.

Rabu, 26 Februari 2014

Banjir Surut, Muncul Lukisan Aneh di Tembok Rumah Warga



TRIBUNnews.com 
Lukisan aneh muncul saat banjir surut
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Muncul sebuah fenomena aneh pada tembok rumah milik warga yang menjadi korban banjir di Jalan Cililitan Kecil Satu, Gang Rawa Sepat, Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur. Ratusan warga hilir mudik lantaran penasaran, melihat rumah milik Haeriyah (45), yang dipenuhi lukisan mural abstrak.

Pantauan Tribunnews.com, lukisan itu membentuk gambar hewan, manusia, bahkan huruf arab. Rumah dengan luas bangunan 73 meter persegi itu berada di pemukiman padat penduduk. Untuk sampai ke lokasi harus menyusuri gang kecil.

Haeriyah menceritakan, gambar-gambar tersebut muncul setelah rumahnya tergenang banjir. Jumat (21/2/2014) sore keluargnya meninggalkan rumah sekitar pukul 22.00 WIB, karena air Kali Ciliwung naik. Seluruh pintu dikunci.

"Ketinggian air yang masuk rumah sekitar satu meter. Air surut hari Minggu (23/2) dan kami jam 05.00, masuk rumah," kata Haeriyah ditemui di rumahnya, Rabu (26/2/2014).

Dirinya mengaku aneh dengan kondisi seluruh tembok lantai satu rumahnya. Ruangan tanpa banyak skat itu dipenuhi lukisan. Ada ruang tamu yang menyatu dengan ruang tengah, dapur, dan toilet. Nah, seluruh ruangan tersebut rata sekitar dua meter dipenuhi lukisan.

"Saya tidak tahu asalnya dari mana," kata dia.

Menurutnya, sebelum banjir datang, tembok pagar dan dinding rumahnya dicat. Ada sisa cat pagar warna hitam yang disimpan di dapur. Saat ditinggal posisinya tertutup. Namun, setelah banjir surut, kondisi kaleng cat terbuka. Kemungkinan, lukisan itu dari cat yang terbawa arus banjir di dalam rumah tersebut.

"Saat dilihat hanya sisa sedikit catnya," kata dia

Sabtu, 22 Februari 2014

"Jejak Negara Jawa" Oleh: Afriza Hanifa


Peta Jawa Kuno

P u n c a k  k e j a y a a n  t e r j a d i  p a d a  m a s a  p e m e r i n t a h a n  S u l t a n  A g u n g .

Basicbali.net - Kamis, 20 Februari 2014, 10:16 WIB - Hadiah sebuah lahan dari Sultan Pajang, Sultan Hadiwijaya, kepada Ki Ageng Pamanahan menjadi awal mula berdirinya Kerajaan Mataram.

Siapa sangka lahan di pedalaman Jawa yang dihadiahkan atas jasa Ki Ageng Pamanahan yang berhasil mengalahkan Sunan Prawata itu kemudian berkembang menjadi kerajaan besar di tanah Jawa. Serta merta kerajaan Demak dan Pajang mulai layu dan tumbuhlah sebuah kerajaan baru yang besar, Kesultanan Mataram Islam.

Pada masa Kerajaan Hindu Buddha, terdapat pula sebuah kerajaan bernama Mataram yang dikenal sebagai Mataram Kuno atau Mataram Hindu. Namun, keduanya tak berkaitan. Yang dibicarakan di sini merupakan Kesultanan Mataram Islam yang memimpin tanah Jawa pada abad ke-16. Adapun Mataram Kuno eksis di abad kedelapan hingga ke-10.

Jika jalan-jalan ke Kota Gede Yogyakarta, akan sangat banyak ditemui bekas peninggalan Kesultanan Mataram Islam. Masjid, pasar, keraton, bekas benteng, hingga makam menjadi saksi pernah berdirinya sebuah kerajaan besar di tanah Jawa tersebut.

Kesultanan tersebut menguasai seluruh Jawa (kecuali Batavia dan Banten), bahkan hingga Madura. Sebuah “negara” Jawa berdiri tangguh selama ratusan tahun.

Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto dalam Sejarah Nasional Indonesia III: Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Islam di Indonesia menyebutkan, Mataram merupakan kawasan subur yang terletak di antara Kali Opak dan Kali Praga yang mengalir ke Samudra Hindia.

Lahan yang subur tersebut kemudian memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan pusat Kerajaan Mataram. Daerah yang dihadiahkan dari Pajang tersebut kemudian oleh Ki Ageng Pamanahan, anak Ki Ageng Ngenis didirikanlah sebuah keraton pada 1578.
Setelah beberapa tahun mendiami keraton, Ki Ageng Pamanahan atau Ki Ageng Mataram wafat pada 1584. Penggantinya adalah putranya, Senapati ing Alaga, yang pada masa mudanya bergelar Ngabehi Loring Pasar. Ia bukan lain merupakan menantu Sultan Pajang, yakni Sultan Hadiwijaya.

Pada masa pemerintahannya, Mataram memperluas daerah kekuasaan ke wilayah sekitarnya termasuk daerah pesisir utara, kemudian ke daerah-daerah di Jawa bagian timur maupun ke daerah Jawa bagian barat.

Pajang yang berada di bawah kekuasaan Mataram berubah menjadi kadipaten dan diperintah Pangeran Benawa, putra Sultan Hadiwijaya. Kecuali Pajang, Demak juga dikuasainya yang kemudian ditempatkan seorang dari Yuwana, daerah Kedu dan Bagelen juga dapat dikuasai.

Madiun pada 1590 mengakui kekuasaan Mataram, demikian pula Surabaya, selanjutnya, “Mataram menaklukkan Kediri. Panembahan Senapati ing Alaga juga meluaskan daerah kekuasaan dan pengaruhnya ke bagian barat sampai ke Priagan Timur dan Kesultanan Cirebon,” ujar Marwati dan Nugraha.

Pascamangkatnya Panembahan Senapati ing Alaga, putranya dari selir putri asal Pati, Raden Jolang, kemudian naik takhta.

Pada masa pemerintahannya pada 1601 sampai 1613, Raden Jolang menyempurnakan pembangunan kota yang dikenal sebagai Kota Gede.

Kemudian penerus selanjutnya, yakni cucu Senapati ing Alaga, yakni RM Jatmiko atau Pangeran Rangsang, menjadi titik balik Kesultanan Mataram. Ia juga bergelar Sultan Agung Senapati ing Alaga atau lebih dikenal dengan Sultan Agung, membawa kesultanan ke puncak kejayaan.

Kerajaan Mataram mengalami puncak kejayaan pada masa pemerintahan sultan ketiga, Sultan Agung yang memerintah pada 1613-1645. Pada waktu itu wilayah kekuasaannya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat.

“Sebelum VOC menganeksasi wilayah negara Mataram sampai abad ke-17, seluruh kekuasaan Mataram dibagi menjadi beberapa kesatuan wilayah besar yang berkedudukan di keraton sebagai pusatnya. Istana dan keraton raja disebut sebagai 'Kutanegara' atau 'Kutagara' yang terletak di ibu kota negara,” ujar Marwati dan Nugroho dalam buku yang sama, namun seri keempat, Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia.

Kemunduran
Pascakepemimpinan Sultan Agung, kerajaan mengalami kemunduran. Berangsur-angsur wilayah kekuasaan makin menyempit. Hal tersebut, menurut Marwati dan Nugraho, akibat aneksasi yang dilakukan oleh VOC, sebagai imbalan intervensinya dalam pertentangan-pertentangan intern.

Pada masa pemerintahan pengganti Sultan Agung, yakni putranya yang bernama Amangkurat atau yang sering disebut dengan Amangkurat I, banyak terjadi pemberontakan. Sang sultan juga dekat dengan VOC, akibatnya kekuasan politik Mataram saat itu benar-benar tergoncang.

Salah satu  yang terkenal saat itu dipimpin Trunojoyo. Pemberontakan tersebut membuat Amangkurat I melarikan diri hingga kemudian wafat. Sebelum wafat, ia sempat mengangkat Adipati Anom atau Sunan Amangkurat II sebagai penerusnya.

Namun, sang penerus tak mampu memulihkan kejayaan Mataram. “Sejak pemerintahan, baik Sunan Amangkurat I maupun Sunan Amangkurat II dan seterusnya, kerajaan Mataram Islam sampai Perang Giyanti tahun 1755 terus menerus mengalami penurunan pengaruh politik VOC,” ujar Marwati dan Nugraha.

Setelah Perang Trunojoyo berkhir pada 1678, Mataram harus melepaskan daerah Karawang, sebagian Priangan dan Semarang. Demikian pula setelah perlawanan Untung Surapati dipadamkan pada 1705, daerah Cirebon, sisa Priangan, dan separuh bagian timur Pulau Madura dianeksasi Belanda.

Selanjutnya, setelah Perang Cina berakhir pada 1743, seluruh daerah Pantai utara Jawa dan seluruh Pulau Madura sudah dikuasai Belanda. Wilayah negara makin sempit dengan berakhirnya Perang Giyanti pada 1755, dimana Mataram dipecah menjadi dua bagian, yakni Surakarta dan Yogyakarta.

Melalui perjanjian Giyanti itulah Kerajaan Mataram Islam dipecah menjadi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta (Solo).
 

Redaktur : Chairul Akhmad



Jumat, 14 Februari 2014

Militan Islam Hancurkan Pintu Mesjid Sidi Yahya di Timbuktu


Masjid Sidi Yahya di Timbuktu, Mali
Sekelompok saksi mata melaporkan kelompok militan Islamis menghancurkan pintu masuk Mesjid Sidi Yahya di Timbuktu, di utara Mali. Mereka meledakkan "pintu suci" yang biasanya tidak pernah dibuka, kata seorang penduduk kota. Sebelumnya kelompok tersebut juga sudah menghancurkan tujuh makam yang juga termasuk warisan budaya dunia.
Mesjid Sidi Yahya adalah mesjid terbesar ketiga di Timbuktu dan termasuk salah satu dari 16 situs umat muslim yang dicatat sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Hari Kamis lalu organisasi ini mencatat ke-tujuh makam dalam daftar situs budaya yang terancam.

Sejak Sabtu kelompok pemberontak mulai menghancurkan makam-makan tersebut. Menurut mereka penghormatan terhadap manusia suci dan makamnya melanggar hukum Islam. Di Timbuktu praktik tersebut tersebar luas. Pintu masuk yang dihancurkan oleh kelompok Islamis, menurut para saksi mata, mengarah ke makam suci.
Menurut kepercayaan setempat, membuka pintu tersebut dapat mengundang sial. Saksi mata yang lain mengatakan, kelompok tersebut ingin menentang kepercayaan penduduk dengan menghancurkan pintu suci di Mesjid Sidi Yahya.
rzn//afp/rtr

"POLEKSOSBUDA": Militan Islam Hancurkan Pintu Mesjid Sidi Yahya di...: Kelompok militan Islamis menghancurkan pintu masuk Mesjid Sidi Yahya di Timbuktu yang termasuk salah satu situs warisan budaya dunia UN...

Penghancuran di Timbuktu Terus Berlanjut


Dengan mengatasnamakan Tuhan, sejumlah pria yang mengenakan sorban dan janggut yang diwarnai merah memukuli dengan barang tajam bangunan dari tanah liat yang berbentuk kubah, hingga rata dengan tanah. Hanya dalam beberapa jam, makam orang suci yang sudah berusia ratusan tahun hancur tanpa dapat diperbaiki lagi.


Peta Mali,Bamako dan Timbuktu

Di Timbuktu, Mali, terdapat 16 makam orang suci Islam semacam itu. Sedikitnya tujuh di antaranya telah dihancurkan, dan itu akan dilanjutkan. Di depan mata warga sekitar, sejumlah penyerang juga menghancurkan gerbang suci mesjid Sidi Yahya. Biasanya, pintu ini tidak boleh dibuka. Pintu ini menutup jalan menuju makam-makam orang suci lainnya.

"Mereka menggunakan martil, kampak dan parang. Sekarang mereka sedang menghancurkan tiga makam yang berada di bagian lain kota. Kelompok yang datang besar. Mereka terus memukuli makam, dan yang lainnya menjaga dengan bersenjata Kalashnikov. Di antara mereka terdapat warga Arab Saudi, Mauretania, Aljazair, juga sejumlah pria dari Mali." Demikian dikatakan seorang saksi mata. 

Pembela Kepercayaan
Ansar Dine, begitu nama kelompok yang menguasasi seluruh kawasan utara Mali. Ansar Dine berarti pembela kepercayaan. Mereka adalah warga Islam radikal, yang menolak semua bentuk pemujaan orang suci. Mereka mencurigai aliran mistik Sufi di Timbuktu. Di samping itu, penghancuran peninggalan budaya dunia adalah demonstrasi kekuasaan. Ansar Dine berhubungan erat dengan Al Qaida. April lalu, mereka yang menyebut diri penjaga agama masih berjuang untuk kemerdekaan bagian utara Mali, bersama para pejuang anggota gerakan Tuareg, MNLA. Sekarang, kelompok radikal Islam itu mengusir MNLA yang berhaluan sekuler dan menyerukan ditetapkannya hukum Islam Sharia.

Seorang pejuang Ansar Dine mengatakan di televisi Mali, "Dengan tangan sendiri saya menghancur-leburkan makam Al Faruk! Warga Mali mengatakan, mereka menyanjung orang suci ini sebagai pelindung kota. Karena itu saya menghancurkan makam ini. Untuk menunjukkan kepada warga, bahwa orang suci ini tidak ada gunanya. Hanya Allah, hanya Tuhanlah pelindung kita." 

Kota Magis Yang Mengagumkan
Timbuktu, kota magis dengan banyak mesjid dari tanah liat yang mengagumkan, dianggap sebagai kota 333 orang suci. Di abad ke-12, kota ini sudah menjadi salah satu pusat Islam intelektual, ilmu pengetahuan dan toleransi. Sekarang warisan Timbuktu sangat terancam. Seorang saksi mata penghancuran makam mengatakan, "Warga benar-benar terkejut! Ini adalah satu-satunya warisan yang kami miliki. Satu-satunya kekayaan kami. Jika kekayaan ini dihancurkan, sejarah kami, maka Timbuktu bukan Timbuktu lagi."

Pemerintah di seluruh dunia menyatakan terkejut. Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon menyerukan agar diadakan pembicaraan tentang penyelesaian krisis. Baru kemarin sebuah keluhan dari Departemen Kebudayaan Mali tiba di Pengadilan Pidana Internasional di Den Haag. Jaksa penuntut utama, Fatou Bensouda akan menuntut penghancuran peninggalan budaya dunia itu sebagai kejahatan perang. Sementara itu penghancuran terus berjalan.

Tindakan Pemerintah
Akibat krisis yang sudah berjalan sejak beberapa bulan lalu di Mali, para pemimpin negara Afrika Barat akan mendiskusikan pembentukan pemerintah persatuan nasional dengan wakil dari negara itu Sabtu mendatang (07/07). KTT di Ouagadougou, ibukota Burkina Faso, akan dihadiri politisi dan wakil dari masyarakat sipil Mali, serta wakil dari kelompok kontak Afrika Barat. Demikian keterangan Menteri Luar Negeri Burkina Faso, Jibril Bassole, Senin (02/07). Pemerintah persatuan nasional lebih dapat mengatasi tantangan yang sekarang dihadapi Mali.

Negara itu terbelah dua setelah penggulingan kekuasaan akhir Maret lalu. Setelah tentara menggulingkan Presiden Amadou Toumani Touré, kelompok Islam dan kelompok Tuareg menggunakan kekosongan kekuasaan dan menguasai bagian utara negeri itu. 

Alexander Göbel / Marjory Linardy
Editor: Agus Setiawan
DW.DE

Selasa, 11 Februari 2014

KPK Usut Dana Haji, Menteri Agama Bingung


Suryadharma Ali (Menteri Agama RI)
BANDUNG, KOMPAS.com - Jumat, 7 Februari 2014 | 20:34 WIB - Menteri Agama Suryadharma Ali mengaku tidak tahu apa yang dimaksud Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tentang penyimpangan dana haji. Pasalnya, Suryadharma mengklaim telah melakukan penataan pengelolaan keuangan dana haji selama menjabat sebagai menteri.

“Kami sudah berikan penjelasan berkali-kali. Terakhir seperti yang tersiar di media bahwa KPK sedang menyelidiki dugaan penyimpangan dana haji. Saudara sekalian, saya selaku Menag, terus terang belum tahu apa yang dimaksud dengan penyimpangan itu,” ujar Suryadharma dalam jumpa pers di sela-sela acara Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) II PPP di Bandung, Jumat (7/2/2014).

Suryadharma menuturkan, selama ini Kementerian Agama selalu menerima berbagai macam tudingan terkait pengelolaan dana haji. Misalnya, dia menyebut soal laporan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) tentang 29 titik rawan korupsi di Kementerian Agama dan tuduhan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

“Untuk yang direkomendasikan PPATK, alhamdulillah sudah dibenahi,” ucap Suryadharma.
Ketua Umum PPP ini menambahkan, pembenahan pengelolaan keuangan haji yang telah dilakukan terkait penempatan dana abadi umat yang merupakan efisiensi dari operasional haji. Sebelumnya, kata Suryadharma, dana abadi umat ini ditempatkan di 27 bank dan kini sudah disederhanakan menjadi 17 bank.
“Pengurangan ini dilakukan untuk kontrol dan menentukan perbankan yang lebih kredibel. Alhamdulillah, pengelolaan dari waktu ke waktu semakin baik,” kata Suryadharma.

Seperti diberitakan, sekitar Januari 2013, KPK mulai menelaah laporan masyarakat mengenai pengelolaan dana haji. Direktorat Pencegahan KPK juga telah mengerjakan kajian mengenai dana haji tersebut. Masih pada tahun yang sama, KPK mengirimkan tim ke Mekkah untuk memantau langsung pelaksanaan haji 2013.
KPK telah menerima laporan hasil audit PPATK mengenai kejanggalan pengelolaan dana haji. PPATK telah mengaudit pengelolaan dana haji periode 2004-2012. Dari audit tersebut, PPATK menemukan transaksi mencurigakan sebesar Rp 230 miliar yang tidak jelas penggunaannya. Selama periode tersebut, dana haji yang dikelola mencapai Rp 80 triliun dengan imbalan hasil sekitar Rp 2,3 triliun per tahun. Namun, dana sebanyak itu disinyalir tidak dikelola secara transparan sehingga berpotensi dikorupsi. Terkait pengelolaan dana haji ini, KPK pernah meminta pemerintah menghentikan sementara pendaftaran calon haji.
KPK mensinyalir ada indikasi tindak pidana korupsi dalam penyelenggaraan haji, terutama terkait pengelolaan dana setoran awal yang diserahkan calon jemaah kepada pemerintah. KPK juga beranggapan pendaftaran jemaah secara terus-menerus akan menyebabkan jumlah setoran awal terus bertambah. Padahal, kuota jemaah haji relatif sama dari tahun ke tahun. Kondisi ini berpotensi menciptakan peluang korupsi, misalnya dengan memainkan nomor antrean haji untuk mendapatkan imbalan. KPK menyebut bahwa pihaknya bisa saja memanggil Suryadharma bila memang keterangannya diperlukan terkait penyelidikan pengelolaan dana haji tahun anggaran 2012-2013.