Jumat, 14 Februari 2014

Penghancuran di Timbuktu Terus Berlanjut


Dengan mengatasnamakan Tuhan, sejumlah pria yang mengenakan sorban dan janggut yang diwarnai merah memukuli dengan barang tajam bangunan dari tanah liat yang berbentuk kubah, hingga rata dengan tanah. Hanya dalam beberapa jam, makam orang suci yang sudah berusia ratusan tahun hancur tanpa dapat diperbaiki lagi.


Peta Mali,Bamako dan Timbuktu

Di Timbuktu, Mali, terdapat 16 makam orang suci Islam semacam itu. Sedikitnya tujuh di antaranya telah dihancurkan, dan itu akan dilanjutkan. Di depan mata warga sekitar, sejumlah penyerang juga menghancurkan gerbang suci mesjid Sidi Yahya. Biasanya, pintu ini tidak boleh dibuka. Pintu ini menutup jalan menuju makam-makam orang suci lainnya.

"Mereka menggunakan martil, kampak dan parang. Sekarang mereka sedang menghancurkan tiga makam yang berada di bagian lain kota. Kelompok yang datang besar. Mereka terus memukuli makam, dan yang lainnya menjaga dengan bersenjata Kalashnikov. Di antara mereka terdapat warga Arab Saudi, Mauretania, Aljazair, juga sejumlah pria dari Mali." Demikian dikatakan seorang saksi mata. 

Pembela Kepercayaan
Ansar Dine, begitu nama kelompok yang menguasasi seluruh kawasan utara Mali. Ansar Dine berarti pembela kepercayaan. Mereka adalah warga Islam radikal, yang menolak semua bentuk pemujaan orang suci. Mereka mencurigai aliran mistik Sufi di Timbuktu. Di samping itu, penghancuran peninggalan budaya dunia adalah demonstrasi kekuasaan. Ansar Dine berhubungan erat dengan Al Qaida. April lalu, mereka yang menyebut diri penjaga agama masih berjuang untuk kemerdekaan bagian utara Mali, bersama para pejuang anggota gerakan Tuareg, MNLA. Sekarang, kelompok radikal Islam itu mengusir MNLA yang berhaluan sekuler dan menyerukan ditetapkannya hukum Islam Sharia.

Seorang pejuang Ansar Dine mengatakan di televisi Mali, "Dengan tangan sendiri saya menghancur-leburkan makam Al Faruk! Warga Mali mengatakan, mereka menyanjung orang suci ini sebagai pelindung kota. Karena itu saya menghancurkan makam ini. Untuk menunjukkan kepada warga, bahwa orang suci ini tidak ada gunanya. Hanya Allah, hanya Tuhanlah pelindung kita." 

Kota Magis Yang Mengagumkan
Timbuktu, kota magis dengan banyak mesjid dari tanah liat yang mengagumkan, dianggap sebagai kota 333 orang suci. Di abad ke-12, kota ini sudah menjadi salah satu pusat Islam intelektual, ilmu pengetahuan dan toleransi. Sekarang warisan Timbuktu sangat terancam. Seorang saksi mata penghancuran makam mengatakan, "Warga benar-benar terkejut! Ini adalah satu-satunya warisan yang kami miliki. Satu-satunya kekayaan kami. Jika kekayaan ini dihancurkan, sejarah kami, maka Timbuktu bukan Timbuktu lagi."

Pemerintah di seluruh dunia menyatakan terkejut. Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon menyerukan agar diadakan pembicaraan tentang penyelesaian krisis. Baru kemarin sebuah keluhan dari Departemen Kebudayaan Mali tiba di Pengadilan Pidana Internasional di Den Haag. Jaksa penuntut utama, Fatou Bensouda akan menuntut penghancuran peninggalan budaya dunia itu sebagai kejahatan perang. Sementara itu penghancuran terus berjalan.

Tindakan Pemerintah
Akibat krisis yang sudah berjalan sejak beberapa bulan lalu di Mali, para pemimpin negara Afrika Barat akan mendiskusikan pembentukan pemerintah persatuan nasional dengan wakil dari negara itu Sabtu mendatang (07/07). KTT di Ouagadougou, ibukota Burkina Faso, akan dihadiri politisi dan wakil dari masyarakat sipil Mali, serta wakil dari kelompok kontak Afrika Barat. Demikian keterangan Menteri Luar Negeri Burkina Faso, Jibril Bassole, Senin (02/07). Pemerintah persatuan nasional lebih dapat mengatasi tantangan yang sekarang dihadapi Mali.

Negara itu terbelah dua setelah penggulingan kekuasaan akhir Maret lalu. Setelah tentara menggulingkan Presiden Amadou Toumani Touré, kelompok Islam dan kelompok Tuareg menggunakan kekosongan kekuasaan dan menguasai bagian utara negeri itu. 

Alexander Göbel / Marjory Linardy
Editor: Agus Setiawan
DW.DE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar