Senin, 07 Mei 2018

KUTUK SUYODHANA BAGIAN 3 By Ki Slamet Priyadi

Ki Slamet Blog - Kita SemuaWayang
Selasa, 07 Mei 2018 - 23:35 WIB

Suyodhana

“KAKAWIN BHARATAYUDA PUPUH L (1–19)”
KUTUK SUYODHANA BAGIAN 3
TRANSKRIPSI
TERJEMAHAN BEBAS
9
Tistis kâla nêman tabêh pwa wêkasan wwantên ta durlakshana.
Gâgak prâpta salah masâtarung annambêr ngkân mutah wûknanah.
Aswasrang matukar hudan rudhira ri derêsnyâmucang mastaka.
Sâk tang bhûta lawan kawandha mangigêl krûrân pananggung ҫawa.
9
ketika kesunyian begitu mencekam, muncul burung-burung gagak yang tidak diketahui dari mana datangnya. Burung-burung itu saling berkelahi, saling sambar dan dari paruhnya keluar  nanah busuk. Beberapa ekor anjing saling menyerang. Pada saat itu, turun hujan darah yang dibarengi munculnya para raksasa dan mayat-mayat hidup tidak berkepala. Mereka menari-nari sambil memanggul bangkai manusia.

10
Ndah ring sakshanna muksha tan dwa datênging dûtângusap jöngnira.
Akweh rakwa kinon ameta ri sirâdun nggwânadudwan paran.
Pâjarnya n bubring kuttânghili rusak de sang dwijângҫâtan pâgap sira sang watêk sinep sotan tang anggöng turû.
10
Akan tetapi dalam waktu sekejap saja, mereka lenyap entah kemana. Saat itu datanglah beberapa orang utusan yang langsung menyembah orang-orang Pandawa. Mereka terbagi dalam beberapa kelompok. Mereka melapor, bahwa perkemahannya telah hancur diserang Aswatama putera Dorna. Sebagian dari mereka sudah tewas tertidur nyenyak.

11
Dhrêshtadyumna sirâdining karahatan lâwan Çikannddi pêjah.
Mwang sang pancakumâra hênti kawênang sâmpun kapökan kabeh.
Tan warnnan gati sang samângjuru têkeng sâmanta mantri larut.
11
Terutama Drestajumena dan Çikandi yang telah dibunuh. Demikian halnya dengan kelima Pandawaa yang telah dikuasai Aswatama yang kesemuanya itu telah dipenggal kepalanya. Begitupun nasib para raja dan para menteri yang mengakui kepemimpinan Yudhistira, mereka semuanya telah binasa. Hanya puteri raja saja yang tidak terbunuh bersama mereka yang sempat lari dengan perasaan takut.

12
Ndan rakweki nimitta sang Dwijasuta krûrângröwök ring kulêm.
Kântun ri prangira n narâdhipati Çalyângdoh madewâҫraya.
Mangkeng wâda ta rakwa hetuning adudwan prârthanâ tan patut.
Senapatya ri tan hanâ nrêpati Çalyânggêhnira.

12
Diceritakan, Aswatama anak sang pendeta Dorna melampiaskan rasa marahnya dengan melakukan serangan secara diam-diam pada malam hari. Ia melakukan itu sendiri karena tak suka dengan raja Salya yang diangkat menjadi panglima perang. Aswatama menginkan ia sendiri  yang menjadi panglima perangnya. maka ia pun akan  tetap meneruskan pertempuran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar