Minggu, 18 Desember 2011

PUPPET STORY ANALYSIS DEWA RUCI by Slamet Priyadi


DEWA RUCI
BIMA SENA
PUPPETPPPU SUNDAY, DECEMBER 18, 2011 - DENMAS PRIYADI BLOG :  Dewa Ruci play in the puppet story is one of the stories written by Muslim poets are better known as the Wali Sanga. In the book, De Heiligen van Java, 150 pages written by Dr. D.A. Rinkes, stated that, "the play-Sunan Kalijaga fabricate new puppet play and puppet shows held by him as the mastermind in the form of wages sentence Creed."

Related to the above, Prof.. Adnan in his speech at the ceremony penyerahah houses for professors IAIN Demangan, Yogyakarta on July 14, 1962 states:

"Our society of Indonesia (Java) are still fond of puppet arts, began to ancient times until now, both in village and city. Therefore Wali Sanga noticed it for the purposes of da'wah enter Islamiyah. "
DORNA

In a religious act Dewa Ruci is told, the effort and hard work Bima or Arya Sena who want to get the holy water of life, "Perwita Tirta Sari." Various kinds of trials and challenges and temptations facing a very severe Bhima, but Bhima eventually able to handle it and Bima managed to find and get the holy water that intangible “Tirta Perwita Sari” Dewa Ruci other is not himself. The play implies Dewa Ruci tasauf philosophy of Islam is very deep because of the willingness kesatriya describes a spirituality that hard to find the best possible way in order to bring men to eternal happiness and eternal in Syurga.

Who is Dewa Ruci exactly? Dewa Ruci means a smooth and gentle god, the god of Bima or Arya Sena which is a manifestation of his own personal real.

Narrated when Bima studied the science teacher Drona on the perfection of humanity and learn about real life when he met with Dewa Ruci. He was ordered to go into his body, but Bhima said:

"Is it enough if I get into the sport you are so small?"
"Ha ha ha ... let alone for your body, world and all its contents can enter into my body!" He said Dewa Ruci with a guffaw.

RUKMUKA
Already we know that the story is a puppet of the Gods Ruci bouquet of poets of Islam propagator of Islam in Java during the reign of the Islamic empire Demak, therefore analysis of the wayang stories Dewa Ruci closely linked to Islamic teachings. The following analysis is I quote from the book "Elements of Islam In the Puppets" by Drs. H. Effendi zarkasi of Ki Siswo Harsoyo opinion in the book "How To Religion." Here is the quotation:

1. In the story God Ruci, Bima or Arya Sena studied to Guru Drona that is, those that are thought to give the right directions, knowledgeable in a spiritual high. Have high science and kerokhanianya both worldliness, pious people.

Analysis:
For people who want to explore religion (meaning unity), he must be studied to those that are considered pious (knowledgeable and good moral) ask for directions (Tariq). That is the Order requested the discourse about science. Although there is also a teacher sometimes misleading, but because the Milky argued strongly that the teacher is a figure of honest, knowledgeable, good faith and a certain character, then what the teacher has always complied with, as the cleric said, which reads thus:

"The hand (of power) God is in control mouth scholars, will not he say, except only the truth of God". (Al-Ghazali, Ihyaa 'Ulumuddin, Volume III page 26.)


RUKMAKALA
2. After meeting with the teacher Drona, Bhima expressed his desire to seek Perwita Tirta Sari, holy water for the sanctity of human life. By his teacher suggested that the Milky dismantle Reksamuka mountain.

Analysis:
People who would sit under the Order of science will not be accepted prior to first give up all worldly desires and passions of him, his heart must be cleaned first. This is indeed something very hard to go through such severity dismantle the mountain. Indeed, to get to the science of the Order had to pass through the steep,
winding, a variety of temptations and challenges that are full of difficulties. (Reksamuka = ​​rumeksa ing degrees, fort worldly life). This work was hard, because he must stay away from the mundane world into a human decoration. As the Word of God:

"It has been decorated with human preferences for desired items, namely the women and children, (jewelry) gold and silver piled, and horses (vehicles) is good, cattle, rice field, so that the jewelry in the world, but Allaah has the excellent return ". (Al-Qur'an, S. Ali Imran: 14)

3. Milky follow the directions the teacher, then went to unload the mountain Reksamuka.

Analysis:
After studying with people who have been given instructions, must be obedient and submissive to live and work with full sincerity, no matter how hard and difficult, although it must abandon worldly loves.

4. Arriving at the mountain Reksamuka Bima continues to tear apart, to destroy all the evil creatures that exist in these gununug. Battle took place anatara Bima Arya Sena with two giant creatures of the mountain dwellers Reksamuka namely, Rukmuka and Rukmakala.

Analysis:
People who are trying to purify themselves should be able to fight and defeat all kinds of worldly temptations. Rukmuka a giant picture of the senses which, if not careful always bring people to heresy. While the Giants Rukmakala is a picture of reason which is also often menyesarkan humans. He should be able to defeat the evil temptations of the passions in order to achieve happiness. God's Word says:

"As for those who fear their Lord and the greatness of people who can prevent their desires, Syorgalah place". (Al-Qur'an, S. An-Naziaat: 40-41)

5. In a battle that could destroy both Bima Sena and Rukmakala Rukmuka giants.

Analysis:
That for people who have been able to subdue and control his desires will be selamatlah him, as the Word of God:

"And God save those who are devoted to escape because they (ie, untouched by the ugliness), and they will tiddaklah grief". (Al-Qur'an, S. Azzumar: 61)
[ Reference: Elements of Islam In Puppets, Drs. H. Effendi zarkasi ]

Saturday, December 17, 2011
Slamet Priyadi at the Lido - Bogor


ANALISA CERITA WAYANG DEWA RUCI  by Slamet Priyadi

RUKMUKA, RUKMAKALA, BIMA SENA
Lakon Dewa Ruci dalam kisah pewayangan merupakan salah satu cerita karangan para pujangga Islam yang lebih dikenal dengan sebutan Wali Sanga. Dalam buku, De Heiligen van Java, halaman 150 yang ditulis oleh Dr. D.A. Rinkes, dinyatakan  bahwa, “Sunan Kalijaga mengarang lakon-lakon wayang baru, dan menyelenggarakan pertunjukan-pertunjukan wayang dengan upah baginya sebagai dalang berupa Kalimat Syahadat.”  

Berkait dengan hal tersebut di atas, Prof. Adnan dalam kata sambutannya pada acara penyerahah rumah-rumah bagi para dosen IAIN Demangan, Yogyakarta pada tanggal 14 Juli 1962 menyatakan :  
“Masyarakat kita bangsa Indonesia (Jawa) masih gemar sekali kesenian wayang, mulai zaman dahulu hingga sekarang, baik di desa maupun dikota. Oleh karena itu Wali Sanga memperhatikan hal tersebut untuk keperluan memasukkan da’wah Islamiyah.”   

Dalam lakon Dewa Ruci yang religius itu dikisahkan, upaya dan tekad keras Bima atau Arya Sena yang ingin mendapatkan air suci kehidupan, “Tirta Perwita Sari.”  Berbagai macam percobaan dan tantangan serta godaan yang sangat berat dihadapi Bima, akan tetapi Bima pada akhirnya mampu mengatasinya dan Bima berhasil menemukan dan mendapatkan  air suci Tirta Perwita Sari yang berujud Dewa Ruci yang bukan lain adalah dirinya sendiri.  Lakon Dewa Ruci mengandung makna filsafat tentang tasauf Islam yang sangat mendalam oleh karena menggambarkan seorang kesatriya dengan kemauan spiritualitas yang keras untuk mencari jalan yang sebaik-baiknya agar bisa membawa manusia kepada kebahagiaan yang kekal dan abadi di Syurga. 

Siapakah Dewa Ruci sebenarnya?  Dewa Ruci berarti Dewa yang halus dan lembut, adalah dewa dari Bima atau Arya Sena yang merupakan perwujudan dari pribadinya sendiri yang sesungguhnya.  Dikisahkan ketika Bima berguru kepada guru Dorna tentang ilmu kemanusian dan belajar tentang kesempurnaan hidup sejati ketika bertemu dengan Dewa Ruci. Ia diperintahkan agar masuk ke raganya, akan tetapi Bima berkata:

“Apakah cukup jika aku masuk ke dalam raga kamu yang begitu kecil?”
“Ha ha ha… jangankan hanya sebesar badanmu, dunia dan segala macam isinya ini dapat masuk ke dalam ragaku!” demikian jawab Dewa Ruci sambil tertawa terbahak-bahak.  
Ini sebagai gambaran atau symbol bahwa kejiwaan manusia lebih luas dari dunia seisinya.
Dalam bentuk wujudnya Dewa Ruci digambarkan bermata bulat, hidung dempak, berambut gimbal terkembang, berkuku “Panco Noko”, berkain kotak-kotak segi empat, dan bersepatu ciri seorang dewa. Bentuk tubuh dan raut muka sama persis dengan Bima hanya lebih kecil.

Sudah kita ketahui bahwa cerita wayang tentang Dewa Ruci adalah karangan pujangga Islam penyebar agama Islam di Jawa era pemerintahan kerajaan Islam Demak, oleh karena itu analisa cerita wayang Dewa Ruci berkait erat dengan ajaran Islam.  Analisa berikut adalah saya kutip dari buku “Unsur Islam Dalam Pewayangan” karangan Drs. H. Effendi Zarkasi dari pendapat Ki Siswo harsoyo dalam buku “Guna Cara Agama.”  Berikut adalah kutipannya:

  1. Di dalam cerita Dewa Ruci, Bima atau Arya Sena berguru kepada Guru Dorna yaitu orang yang dianggap bisa memberi petunjuk yang  benar, berilmu tinggi secara spiritual.  Memiliki ilmu tinggi baik keduniawian maupun kerokhanianya, orang yang alim.
Analisa :
Bagi orang yang ingin mendalami agama (arti tauhid), dia harus berguru kepada  orang yang dianggap alim (berilmu dan berakhlak baik) minta petunjuk jalan (thariq).  Jelasnya meminta wejangan tentang ilmu thariqat.  Meskipun seorang guru terkadang ada juga yang menyesatkan, akan tetapi karena Bima berpendapat kuat bahwa guru adalah sosok yang jujur, berilmu, beriman dan berakhlak baik, maka apa yang dikatakan gurunya selalu dipatuhinya, sebagaimana kata ulama yang berbunyi demikian: 
“Tangan (kekuasaan) Allah itu mengendalikan mulut cendikiawan, tidak akan dia mengucap, kecuali hanya kebenaran dari Allah”.  (Al Ghazali, Ihyaa ‘Ulumuddin, Jilid III halaman 26. )

  1. Setelah bertemu dengan guru Dorna, Bima mengutarakan keinginannya untuk mencari Tirta Perwita Sari, air suci untuk  kesucian hidup manusia.  Oleh gurunya Bima disarankan agar membongkar gunung Reksamuka.
Analisa :
Orang yang akan berguru ilmu thariqat tidak akan bisa diterima sebelum terlebih dahulu melepaskan segala keinginan dan nafsu keduniawian dari dirinya, hatinya harus dibersihkan terlebih dahulu. Ini memang sesuatu yang sangat berat untuk dijalani seperti beratnya membongkar gunung.  Memang untuk sampai ke ilmu thariqat itu harus melalui jalan terjal, berliku-liku, bermacam-macam godaan dan tantangan yang penuh dengan kesukaran-kesukaran.  (Reksamuka = rumeksa ing gelar, benteng hidup keduniawian).  Pekerjaan ini memang berat, sebab  dia harus  menjauhi keduniawian yang menjadi hiasan manusia.  Sebagaimana Firman Tuhan :
“Telah dihiasi manusia dengan kesukaan-kesukaan kepada barang yang diingini, yaitu wanita-wanita dan anak-anak, (perhiasan) emas dan perak yang bertumpuk-tumpuk, kuda (kendaraan) yang bagus, binatang ternak, sawah lading, yang demikian itu perhiasan di dunia, tetapi di sisi Allah ada tempat kembali yang baik”. ( Al-Qur’an, S. Ali Imran: 14 )

  1. Bima mematuhi petunjuk gurunya, lalu pergi untuk membongkar gunung Reksamuka.
Analisa :  
Setelah orang yang berguru telah diberi petunjuk, harus taat dan patuh untuk menjalani dan mengerjakannya dengan penuh keikhlasan betapapun berat dan sukar, meskipun harus meninggalkan keduniaan yang dicintainya.

  1. Setibanya di gunung Reksamuka Bima terus mengobrak-abrik, menghancurkan segala makhluk jahat yang ada di gununug tersebut.  Terjadilah pertempuran anatara Bima Arya Sena dengan dua makhluk raksasa penghuni gunung Reksamuka yaitu, Rukmuka dan Rukmakala.
Analisa :
Orang yang sedang berusaha mensucikan diri harus mampu memerangi dan mengalahkan segala macam godaan keduniaan.  Raksasa Rukmuka merupakan gambaran pancaindra yang apabila tidak berhati-hati selalu saja membawa manusia kepada kesesatan.  Sedangkan Raksasa Rukmakala adalah gambaran akal budi yang juga sering menyesarkan manusia.  Dia harus mampu mengalahkan godaan hawa nafsu jahat agar dapat mencapai kebahagiaan.  Firman Tuhan mengatakan : 

“Adapun orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan orang yang dapat mencegah hawa nafsunya, Syorgalah tempatnya”. ( Al-Qur’an, S. An-Naziaat: 40-41)

  1. Dalam pertempuran itu Bima Sena dapat menumpas kedua raksasa Rukmuka dan Rukmakala.
Analisa :
Bahwa bagi orang yang telah mampu menundukkan dan mengendalikan hawa nafsunya maka akan selamatlah dia, sebagaimana Firman Tuhan :

“Dan Allah selamatkan mereka yang berbakti dengan sebab terluput mereka (yakni tidak disentuh oleh kejelekan), dan tiddaklah mereka akan duka cita”.  ( Al-Qur’an, S. Azzumar: 61 )  [Referensi : Unsur Islam Dalam Pewayangan, Drs. H. Effendi Zarkasi] 

Sabtu, 17 Desember 2011
         Slamet Priyadi di Lido – Bogor 








1 komentar:

  1. @ Dr. D.A. Rinkes, stated that, "the play-Sunan Kalijaga fabricate new puppet play and puppet shows held by him as the mastermind in the form of wages sentence Creed."

    BalasHapus