Kita Semua Wayang - Sabtu, 10 Januari 2015 - 12:10 WIB
“Marilah kita ciptakan suatu pedoman, yang jadi
tujuan orang-orang bijaksana dan terhormat di kalangan bangsa kita; yang
selebihnya itu kita serahkan saja kepada kekuasaan Tuhan. (Pidato
di depan Dewan Konstitusi dalam tahun 1787.)
Di atas pundak George Washington, sebagai
presiden pertama, terletak tugas yang belum pernah dialami sebelumnya. Tugas memimpin pemerintahan nasional. Yaitu memerintah 13 Negara Bagian yang terpisah-pisah,
dan mempertahankan kemerdekaan, yang baru saja diperjuangkan oleh orang-orang
berpikiran merdeka dari negara-negara bagian tersebut. adalah tugas yang luar biasa dapat menciptakan
ide radikal semacam itu oleh pemerintahan rakyat yang merdeka pula. Ide yang dilaksakan oleh orang-orang merdeka
itu benar-benar merupakan kata-kata mulia yang tersurat secara segar di dalam
knstitusi yang menjadi pedoman mereka.
waktu itu belum ada gedung-gedung, belum ada departemen-departemen. Belum ada tatacara atau prosedur, petunjuk
atau tradisi tertentu, dan tugas maha besar yang menunggu.
Sebagai pemilik tanah kolonial, Washington
merupakan jenis manusia baru dalam sejarah.
Di dalam dirinya bergabung ide-ide peradaban Barat dengan kekuatan fisik yang besar dengan jiwa
mereka yang hebat yang dimiliki orang-orang yang hidup di perbatasan. Di antara orang-orang yang demikian
keadaannya itu, Washington merupakan tokoh yang paling terkemuka. Pekerjaannya adalah sebagai surveyor dan
prajurit di perbatasan sebelah Barat.
Pada usia 23 tahun dia menjabat sebagai komandan pasukan Virginia. Dia pernah menjadi anggota Dewan Burgess
bertahun-tahun sebelum Kongres Kontinental memilihnya sebagai pimpinan Tentara
Negara itu. Sebagai komandan pasukan dia
berjuang bersama-sama pejuang bangsanya memenangkan peperangan yang berjalan
bertahun-tahun. Kemudian secara
diam-diam dia mengundurkan diri dari lapangan.
Para pemilih Presiden dari seluruh Negara Bagian yang hampir berdaulat
itu, dengan hati-hati memilih orang yang akan memegang kekuasaan atas seluruh
Negara Bagian. Mereka tidak merasa
kuatir melihat orang yang begitu rela melepaskan pengawasan terhadap tentara
yang baru saja memenangkan perjuangan.
Washington melaksanakan tugas-tugasnya sebagai
presiden dengan suatu sikap yang sederhana.
Walaupun dia berusaha untuk tetap bebas dari partai-partai, nyatanya dia
lebih dekat kepada Hamilton, tokoh Federalis, Menteri Keuangan dalam
Kabinetnya, daripada kepada Jefferson, tokoh Demokrat, Menteri Luar
Negerinya. Dia dengan tegas menolak
dipilih untuk ketiga kalinya. Dia menikmati
sisa umurnya dengan aman di Mount Vermon.
Di daerah itu terletak kuburannya sampai sekarang. Dari seluruh tugu
peringatan yang dramatis adalah menara yang indah di Washington DC, yang
melambangkan aspirasi bangsa Amerika, yang secara indah dijelmakan dalam diri
Presiden A.S. yang pertama itu.
George
Washington :
Pendidikan : Sekolah Umum
Kawin : Dengan
Martha Dandridge Custis 1759
Karier :
—
—Pengawas di daerah perbatasan sebelah barat 1748
—
—Perwira dalam pasukan Virginia 1752
—
—Komandan Tertinggi Angkatan Bersenjata Virginia
1755
—
—Anggota Dewan Burgess 1759-1974
—
—Anggota Kongres Kontinental 1775-1983
—
—Ketua Konvensi Konstitusi 1787-1788
—
—Presiden 1789-1797
Putaka:
Vincent
Wilson Jr. 1982. The Book Of The Presidents - ‘Presiden-Presiden Amerika
Serikat’ – Alih Bahasa oleh Drs. Abdullah Amry – Penerbit Mutiara Jakarta –
Cetakan kedua 1982
Sabtu, 10 Januari 2015
Slamet Priyadi
Di Kp. Pangarakan, Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar