1Kita Semua Wayang - denmaspriyadi.blogspot.com - Sabtu, 24 Oktober 2015 - 21:45 WIB
. walaya
wyǔha, susunan tentara seperti Sǔimukha
wyǔha, hanya ajabarisannya terdiri 2 lapisan,
2. ajaya
wyǔha, susunan tentara yang tidak terkalahkan,
3. sarpasari
wyǔha, susunan tentara seperti ular (sarpa) yang bergerak (sari),)
4. gomǔtrika
wyǔha, susunan tentara yang berbentuk arah terbuangnya air kencing (mǔtrika)
sapi (go),
5. syandana
wyǔha, susunan tentara yang menyerupai kereta (syandana),
6. godha
wyǔha, susunan tentara yang menyerupai buays (godha),
7. wâripatantaka wyǔha, susunan tentara sama
seperti syandana wyǔha, hanya semua pasukan terdiri dari barisan gajah, kuda
dan kereta perang,
8. Sarwatomukha
wyǔha, susunan tentara yang berbentuk lingkaran, sehingga pengertian sayap,
lambung dan bagian depan tidak ada lagi; sarwato dari kata sarwata yang berarti
seluruh, sedangkan mukha berarti arah,
9. Sarwatabhadra
wyǔha, susunan tentara yang serba (sarwata) menguntungkan (bhadra),
10. Ashttanika
wyǔha, susunan tentara yang terdiri dari 8 divisi ( assatt atau assashttanika
berarti delapan)
11. Wajra
wyǔha, susunan tentara menyerupai petir (wajra) dan terdiri dari 5 divisi yang
disusun terpisah-pisah satu dari yang lain,
12. Udyâ
wyǔha, susunan tentara menyerupai taman (udyânaka) yang juga disebut kâkapadi
wyǔha, artinya susunan yang berbentuk kaki (padi berarti berkaki) burung
kaka-tua (kâka) dengan ketentuan bahwa susunan tentara ini terdiri 4 divisi,
13. Ardhacandrika
wyǔha, susunan tentara yang berbentuk bulan sabit, juga disebut ardhacandra
wyǔha ; ditentukan bahwa susunan tentara ini berdasarkan atas 3 divisi,
14. Karkâttakaҫrênggi
wyǔha, susunan tentara yang berbentukkepala (ҫrêngga) udang (karkâttaka),
15. Artisa
wyǔha, susunan tentara yang serba menang (arista) dengan susunan garis depan
yang ditempati oleh barisan kereta perang, barisan gajah, sedang barisan kuda
menempati garis belakang,
16. Acala
wyǔha, susunan tentara yang tidak bergerak, ialah suatu susunan tentara dengan
menempatkan barisan infanteri, barisan gajah, barisan kuda dan barisan kereta
perang satu di belakang yang lain,
17. Ҫyena
wyǔha, susunan tentara sama dengan garudda eyǔha,
18. Apratihata
wyǔha, susunan tentara yang tidak dapat dilawan (pratihata berarti melawan
sedangkan ‘a’ berarti tidak) dengan ketentuan bahwa barisan gajah, barisan
kuda, barisan kereta perang dan barisan infanteri ditempatkan satu di belakang
yang lain,
19. Capa
wyǔha, susunan tentara yang berbentuk busur
20. Madhya
capa wyǔha, susunan tentara yang berbentuk busur dengan inti kekuatan dibagian
tengah.
Sebaliknya, di dalam kitab Kamandaka, salah satu kitab dari
kesusateraan Jawa kuno disebutkan 8 macam wyǔha, ialah :
1. Garudda
wyǔha (atau byuha),
susunan tentara yang berbentuk garuda,
2. Singha
wyǔha, susunan tentara yang berbentuk singa,
3. Makara
wyǔha, susunan tentara yang berbentuk
makara (udang)
4. Cakra
wyǔha, susunan tentara yang berbentuk cakram,
5. Padma
wyǔha, susunan tentara yang berbentuk bunga seroja,
6. Wukir
sagara wyǔha, susunan tentara yang berbentuk bukit dan samudera,
7. Ardhanacandra
wyǔha, susunan tentara yang berbentuk
bulan sabit,
8. Wajratikshnna
wyǔha, susunan tentara yang berbentuk
wajra atau petir yang tajam.
Di dalam kakawin Bhârata-Yudha disebutkan 10 macam wyǔha, ialah :
1. Wukir
sagara wyǔha (terdapat dalam transkripsi kakawin bharata-Yudha Pupuh X dan
XL 2)
2. Wajratikshnna
(Pupuh X 11)
3. Kagapati
wyǔha (Pupuh XII 6)
4. Gajendramatta
atau gajamatta wyǔha (Pupuh XIII 13)
5. Cakra
wyǔha (Pupuh XIII 22 dan XV 21)
6. Makara
wyǔha ( XIII 24 dan XXVII 2 )
7. Sǔcimukha
wyǔha dalam Pupuh XV 21)
8. Padma
wyǔha
(Dalam Pupuh XV 22)
9. Ardhanacandra
wyǔha (Dalam Pupuh XXVI 5)
10. Kânanja
wyǔha (Dalam Pupuh XL 2)
Ketika
perang besar antara keluarga Kurawa dan Padawa dimulai, tentara Kurawa
mengambil susunan tentara wukir sagara.
Raja-raja takluk, kerajaan Hastina yang berkendaraan gajah dan kuda
merupakan karang laut yang serba kokoh dan kuat, sedangkan serangan prajurit
yang bergelombang itu merupakan gelombang samudera yang tiadak ada
henti-hentinya. Susunan tentara ini
memerlukan memerlukan sejumlah prajurit yang banyak, bertempur dalam massa yang
besar dan memiliki dinamika dan daya tempur yang tinggi, hal tersebut sebagaimana
diceritakan dalam Pupuh X 17, yang
menyatakan bahwa satu kereta perang diperkuat oleh 10 ekor gajah, sedangkan
masing-masing gajah diperkuat oleh 10 ekor kuda dan seekor kuda diperkuat oleh
10 orang prajurit. Massa yang banyak
dengan kuda dan gajah itu menjadi bukit yang kokoh.
Sebaliknya
dalam permulaan perang ini menurut Pupuh X, 11 keluarga Pandawa mengambil
susunan tentara yang disebut ‘wajratikshnna wyǔha’, artinya petir yang
tajam. Bima, Arjuna dan Srikandi
merupakan ujung petir yang tajam, sedangkan putera-putera Wirata, Uttara dan
Sangka, bersama-sama Setyaki serta Drestajumena memimpin pertahanan di
belakang. Yudhistira bersama-sama dengan
raja lainnya, — tentunya yang dimaksud ialah Kresna, Nakula dan Sadewa bersama-sama
dengan Sweta —, dalam Pupuh X 11 itu
dikatakan ada di barisan tengah. Susunan
tentara yang disebutkan dalam kakawin Bharata-Yudha ini berbeda dengan apa yang
disebutkan dalam serat Bratayuda Jaewa yang dipergunakan oleh J. Kats sebagai
bahan penulisan bukunya.
B e r s a m
b u n g
P u s t a k
a :
Prof. Dr.
R.M. Sutjipto Wirjosuparto, “Kakawin Bharata-Yuddha”
Penerbit –
Bhratara – Jakarta 1968
Tidak ada komentar:
Posting Komentar