1. walaya
wyǔha, susunan tentara seperti Sǔimukha
wyǔha, hanya ajabarisannya terdiri 2 lapisan,
2. ajaya
wyǔha, susunan tentara yang tidak terkalahkan,
3. sarpasari
wyǔha, susunan tentara seperti ular (sarpa) yang bergerak (sari),)
4. gomǔtrika
wyǔha, susunan tentara yang berbentuk arah terbuangnya air kencing (mǔtrika)
sapi (go),
5. syandana
wyǔha, susunan tentara yang menyerupai kereta (syandana),
6. godha
wyǔha, susunan tentara yang menyerupai buaya (godha),
7. wâripatantaka wyǔha, susunan tentara sama seperti
syandana wyǔha, hanya semua pasukan terdiri dari barisan gajah, kuda dan kereta
perang,
8. Sarwatomukha
wyǔha, susunan tentara yang berbentuk lingkaran, sehingga pengertian sayap,
lambung dan bagian depan tidak ada lagi; sarwato dari kata sarwata yang berarti
seluruh, sedangkan mukha berarti arah,
9. Sarwatabhadra
wyǔha, susunan tentara yang serba (sarwata) menguntungkan (bhadra),
10. Ashttanika
wyǔha, susunan tentara yang terdiri dari 8 divisi ( assatt atau assashttanika
berarti delapan)
11. Wajra
wyǔha, susunan tentara menyerupai petir (wajra) dan terdiri dari 5 divisi yang
disusun terpisah-pisah satu dari yang lain,
12. Udyâ
wyǔha, susunan tentara menyerupai taman (udyânaka) yang juga disebut kâkapadi
wyǔha, artinya susunan yang berbentuk kaki (padi berarti berkaki) burung
kaka-tua (kâka) dengan ketentuan bahwa susunan tentara ini terdiri 4 divisi,
13. Ardhacandrika
wyǔha, susunan tentara yang berbentuk bulan sabit, juga disebut ardhacandra
wyǔha ; ditentukan bahwa susunan tentara ini berdasarkan atas 3 divisi,
14. Karkâttakaҫrênggi
wyǔha, susunan tentara yang berbentukkepala (ҫrêngga) udang (karkâttaka),
15. Artisa
wyǔha, susunan tentara yang serba menang (arista) dengan susunan garis depan
yang ditempati oleh barisan kereta perang, barisan gajah, sedang barisan kuda
menempati garis belakang,
16. Acala
wyǔha, susunan tentara yang tidak bergerak, ialah suatu susunan tentara dengan
menempatkan barisan infanteri, barisan gajah, barisan kuda dan barisan kereta
perang satu di belakang yang lain,
17. Ҫyena
wyǔha, susunan tentara sama dengan garudda eyǔha,
18. Apratihata
wyǔha, susunan tentara yang tidak dapat dilawan (pratihata berarti melawan
sedangkan ‘a’ berarti tidak) dengan ketentuan bahwa barisan gajah, barisan
kuda, barisan kereta perang dan barisan infanteri ditempatkan satu di belakang
yang lain,
19. Capa
wyǔha, susunan tentara yang berbentuk busur
20. Madhya
capa wyǔha, susunan tentara yang berbentuk busur dengan inti kekuatan dibagian
tengah.
Sebaliknya, di dalam
kitab Kamandaka, salah satu kitab dari kesusateraan Jawa kuno
disebutkan 8 macam wyǔha, ialah :
1. Garudda
wyǔha (atau byuha),
susunan tentara yang berbentuk garuda,
2. Singha
wyǔha, susunan tentara yang berbentuk singa,
3. Makara
wyǔha, susunan tentara yang berbentuk
makara (udang)
4. Cakra
wyǔha, susunan tentara yang berbentuk cakram,
5. Padma
wyǔha, susunan tentara yang berbentuk bunga seroja,
6. Wukir
sagara wyǔha, susunan tentara yang berbentuk bukit dan samudera,
7. Ardhanacandra
wyǔha, susunan tentara yang berbentuk
bulan sabit,
8. Wajratikshnna
wyǔha, susunan tentara yang berbentuk
wajra atau petir yang tajam.
Di dalam
kakawin Bhârata-Yudha disebutkan 10 macam wyǔha, ialah :
1. Wukir
sagara wyǔha (terdapat dalam transkripsi kakawin bharata-Yudha Pupuh X dan
XL 2)
2. Wajratikshnna
(Pupuh X 11)
3. Kagapati
wyǔha (Pupuh XII 6)
4. Gajendramatta
atau gajamatta wyǔha (Pupuh XIII 13)
5. Cakra
wyǔha (Pupuh XIII 22 dan XV 21)
6. Makara
wyǔha ( XIII 24 dan XXVII 2 )
7. Sǔcimukha
wyǔha dalam Pupuh XV 21)
8. Padma
wyǔha
(Dalam Pupuh XV 22)
9. Ardhanacandra
wyǔha (Dalam Pupuh XXVI 5)
10. Kânanja
wyǔha (Dalam Pupuh XL 2)
Ketika perang besar
antara keluarga Kurawa dan Padawa dimulai, tentara Kurawa mengambil susunan
tentara wukir sagara. Raja-raja takluk,
kerajaan Hastina yang berkendaraan gajah dan kuda merupakan karang laut yang serba
kokoh dan kuat, sedangkan serangan prajurit yang bergelombang itu merupakan
gelombang samudera yang tiadak ada henti-hentinya. Susunan tentara ini memerlukan memerlukan
sejumlah prajurit yang banyak, bertempur dalam massa yang besar dan memiliki dinamika
dan daya tempur yang tinggi, hal tersebut sebagaimana diceritakan dalam Pupuh
X 17, yang menyatakan bahwa satu kereta
perang diperkuat oleh 10 ekor gajah, sedangkan masing-masing gajah diperkuat
oleh 10 ekor kuda dan seekor kuda diperkuat oleh 10 orang prajurit. Massa yang banyak dengan kuda dan gajah itu
menjadi bukit yang kokoh.
Sebaliknya dalam
permulaan perang ini menurut Pupuh X, 11 keluarga Pandawa mengambil susunan
tentara yang disebut ‘wajratikshnna wyǔha’, artinya petir yang tajam. Bima, Arjuna dan Srikandi merupakan ujung
petir yang tajam, sedangkan putera-putera Wirata, Uttara dan Sangka,
bersama-sama Setyaki serta Drestajumena memimpin pertahanan di belakang. Yudhistira bersama-sama dengan raja lainnya,
— tentunya yang dimaksud ialah Kresna, Nakula dan Sadewa bersama-sama dengan
Sweta —, dalam Pupuh X 11 itu dikatakan
ada di barisan tengah. Susunan tentara
yang disebutkan dalam kakawin Bharata-Yudha ini berbeda dengan apa yang disebutkan
dalam serat Bratayuda Jarwa yang dipergunakan oleh J. Kats sebagai bahan
penulisan bukunya.
Berikut adalah beberapa
contoh susunan tentara dalam perang Bharata-Yudha antara Pandawa melawan Kurawa
:
Gambar A. Wajratiksnna Wyǔha dan
Wukir Sagara Wyǔha
Keterangan gambar A. :
Keluarga Pandawa
menggunakan siasat perang ‘Wajratiksnna
wyuha’ dengan susunan tentara sebagai berikut :
1.
Bhima (ujung depan). 2. Srikandi (ujung depan). 3. Arjuna (ujung depan). 4. Yudhistira (tengah). 5. Kresna (tengah). 6. Sweta (garis belakang). 7. Sangka (garis belakang). 8. Uttara (garis belang). 9. Setyaki (garis belakang). 10. Drestajumena (garis belakang sayap kanan.
I.
Sedangkan dari barisan Kurawa terdiri dari gajah
dan kuda yang menyerupai karang laut (bukit)
yang kompak, sedangkan II. Terdiri dari
pasukan darat yang secarabergelombang menuju ke depan.
Dari kedua susunan
tentara yang dimiliki oleh keluarga Pandawa dan Kurawa itu dapat diketahui,
bahwa kedua-duanya memiliki tenaga ofensif yang kuat. Dalam kaitan ini dapat dikatakan, bahwa dalam
kitab Bhismaparwa yang berbahasa Jawa kuno itu, susunan tentara keluarga
Pandawa itu berlainan dengan apa yang disebutkan dalam kakawin Bhârata-Yudha. Kecuali nama wyǔhanya tidaklah
disebutkan. Jika ditinjau dari sudut
akulturasi Mpu Sêddah yang menciptakan kakawin ini mempunyai daya cipta sendiri
dan tidak menjiplak begitu saja yang disebutkan dalam kitab Mahabhârata dalam
bahasa Jawa kuno (saduran dari kitab Mahâbhârata dalam bahasa Sangsekerta) yang
dijadikan dasar penyusunan cerita kakawin Bhârata-Yuddha tersebut.
Seperti diketahui,
dalam permulaan perang itu barisan Pandawa menderita kekalahan besar, ialah
dengan terbunuhnya Sweta yang menjadi panglima dan dua orang adiknya Sangka dan
Uttara, sedangkan di pihak Kurawa adalah Rukmaratha anak dari raja Salya. Oleh karena dengan adanya susunan tentara
‘wajratikshnna’ itu keluarga Pandawa menderita kekalahan. Menurut Pupuh XII 5-7 dikatakan, bahwa
setelah Drestajumena diangkat menjadi panglima, susunan tentara Pandawa diganti
menjadi ‘Garuda wyǔha dan menurut Pupuh XII 8 diimbangi oleh tentara
Kurawa. Susunan tentara kedua pihak itu lebih
tenang sifatnya, karena titik beratnya terlrtak pada aspek defensif, setelah
terbukti bahwa dengan susunan tentara yang masing-masing berbentuk wukir sagara
dan wajratikshnna itu yang bersifat ofensif keduannya menderita kekalahan dan
kerugian besar.
Susunan tentara
garudda wyuha menitik beratkan siasatnya untuk menjaga keselamatan dari induk
barisan dan keselamatan ini dijamin oleh pemusatan kekuatan di masing-masing
lambung. Dengan adanya jaminan dari
kedua lambung itu barisan induk dengan tenang dapat mengadakan ofesif atau
penyerangan dengan dibantu dan dilindungi oleh masing-masing lambung.
Gambar B. Garuda Wyuha
Garuda Wyuha |
Keterangan gambar B
•
Keluarga Pandawa :
1.
Drupada (kepala). 2. Arjuna (paruh). 3. Yudhistira (punggung). 4. Raja-raja termasuk Nakula dan Sadewa
(punggung). 5. Bhima (lambung
kiri). 6. Drestajumena (lambung kanan). 7. Setyaki (ekor).
•
Keluarga Kurawa :
I.
Sangkuni (kepala), II. (Salya),
(paruh), III. Suyudana
(punggung), IV. Bhisma (lambung
kiri), V. Dorna (lambung kana), VI. Dursasana (ekor).
Dengan mempergunakan susunan tentara
yang serba tenang untuk menjaga jangan sampai banyak menderita kerugian,
tentara Kurawa juga menderita kerugian besar dengan terbunuhnya panglima
Bhisma, karena sebagai pemimpin yang diserahi pertahanan di lambung kiri
kecuali menyerang, juga menjaga keamanan raja Suyudana yang ada di barisan
induk. Dari tempat yang aman ini raja
Suyudana menempati posisi yang strategis, karena dapat melihat seluruh gerakan
tentara Kurawa yang sedang bertempur.
Setelah
Bhisma gugur dalam medan pertempuran, kedudukannya diganti oleh Dorna yang
menjadi panglima tentara Kurawa ; ia
memilih susunan tentara gajamatta, seperti yang disebutkan dalam Pupuh XIII
13. Sebaliknya tentara Pandawa, seperti
yang disebutkan dalam Pupuh XIII 13 itu juga memilih susunan tentara gajamatta
sama seperti yang digunakan oleh susunan tentara Kurawa. Hal ini berbeda dengan dalam karangan J. Kats
yang uraian tulisannya atas dasar kitab ‘Serat Bratayuda’, tentara Pandawa
tetap mempertahankan susunan tentara garuda wyuha.
Gambar C. Gajamatta Wyǔha
Gajamatta Wyuha |
•
Keluarga Kurawa
:
I.
Bhagadatta (belalai), II. Karna (gading), III. Jayadrata (gading),
•
Keluarga
Pandawa :
1. Arjuna
(gading)
Dari pertempuran kedua
pihak yang masing-masing mempergunakan susunan tentara berbentuk gajamatta
wyuha itu, dari pihak Kurawa dapat diketahui susunannya dengan jelas, karena
disebutkan dalam kakawin Bhârata-Yudha,
akan tetapi sebaliknya kakawin Bhârata-Yudha hanya menyebutkannya dengan
samar-samar. Yang disebutkan dalam Pupuh
XIII 15, hanya Arjuna. Di dalam pertempuran itu, pihak Kurawa
mengalami kerugian, karena Bhagadatta gugur sebagai akibat serangan
Arjuna. Tentara Kurawa sesungguhnya akan
mengalami kerugian lebih besar lagi, jika hari tidak menkadi malam. Dengan datangnya malam itu peperangan harus
dihentikan.
Pada waktu pagi di
hari berikutnya, Dorna telah mendengar dari Yudhistira sendiri, bahwa ia dapat
dibinasakan jika dirinya ditinggalkan oleh Bhima dan Arjuna, seperti yang
disebutkan dalam Pupuh XIII 19. Setelah dapat menipu Bhima dan Arjuna untuk
berperang di tempat-tempat yang jauh, Dorna mencoba membunuh Yudhistira dengan
jalan merubah susunan tentara dari gajamatta wyuha menjadi cakra wyuha, seperti
yang disebut kan dalan Pupuh XIII
22. Karena dengan perginya Bhima
dan Arjuna itu tentara Pandawa menjadi lemah.
Yudhistira mengganti susunan tentaranya dan dari gajamatta wyuha menjadi
makara eyuha, seperti yang disebutkan dalam Pupuh XIII 24.
Gambar D.
Makara Wyuha dan Cakra Wyuha
Makara Wyuha & Cakra Wyuha |
Keterangan gambar D
•
Keluarga Pandawa :
1.
Drestajumena (sapit kana), 2. Ghatotkaca (sapit kiri), 3. Sâtyaki (mulut), 4.
Nakula (mata kiri), 5. Sadewa (mata kanam), 6. Abhimanyu (hidung), 7. Dua orang Pancawala atau anak Pandawa
(sungut kiri), 8. Tiga orang Pancawala
(sungut kanan), 9. Yudhistira (kepala), 10. Beberapa orang raja (punggung), 11. Beberapa orang raja (badan).
• Keluarga
Kurawa :
I.
Jayadrata (peleg) bersama-sama dengan raja-raja
lainnya, II. Karna (tuji-ruji), III. Dorna (ruji-ruji), 4. Krêpa (ruji-ruji), V, VI
dan seterusnya orang-orang Kurawa (ruji-ruji), VII. Suyudhana (Sumbu).
B e r s a m b u n g
P u s t a k a : ipto
Wirjosuparto, “Kakawin Bharata-Yuddha”
Penerbit – Bhratara – Jakarta 1968