Tsunami Aceh
REPUBLIKA.CO.ID,
Delapan tahun yang lalu, Aceh diguncang gempa besar. Gempa berkekuatan sekitar
9,3 skala richter terjadi sekitar pukul 07.58 pagi. Gempa ini mengakibatkan
tsunami yang merenggut sekitar 126 ribu nyawa masyarakat Serami Mekah.
Kini, delapan tahun telah berlalu selepas tragedi bencana terburuk sepanjang Indonesia merdeka itu. Namun, suasana kesedihan masih sangat terasa ketika komunitas Pemuda Aceh Jakarta Raya (Kompa Jaya) menggelar peringatan delapan tahun bencana gempa bumi dan tsunami.
"Peringatan delapan tahun tsunami kita lakukan pada Selasa kemarin di Asrama Foba Jakarta Selatan," kata ketua panitia pelaksana, Rahmat Musfikar di Jakarta, Rabu.
Dalam acara peringatan tersebut, para mahasiswa dan pemuda Aceh yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya menampilkan pertunjukkan seni dan muhasabah. Pertunjukan seni berupa musikalisasi puisi oleh seniman Aceh, Fikar W Eda serta penampilan musik dari grup Jroeh Aceh. Yang paling mengharukan, acara itu menampilkan testimoni para korban Tsunami.
Banyak dari peserta yang hadir siang itu harus menerima kenyataan kehilangan orang yang terkasihi. Ayah, ibu, kakak, bahkan bayi mereka hanyut diterjang tsunami besar. Namun, ketabahan tetap terpancar dari raut wajah para korban tsunami yang selamat.
Rahmat mengatakan, inti acara peringatan gempa dan tsunami tersebut sebagai momentum agar masyarakat Aceh bisa merenungkan dampak dari tsunami yang telah memberikan perubahan di segala lini kehidupan masyarakat. Sekalipun membawa perih, ada secercah makna setelah tsunami yakni perdamaian di bumi Rencong.
"Acara ini sebagai momentum bahwa janganlah menganggap tsunami itu hanya sebatas kenangan belaka. Sepatutnya adalah sebuah teguran atau peringatan yang harus diambil hikmahnya sehingga melahirkan perdamaian di Serambi Mekah," katanya.
Peringatan tersebut dihadiri oleh para tokoh, mahasiswa, para pemuda dan masyarakat Aceh yang ada di Jabodetabek dan Bandung.
Dia mengatakan, peringatan tersebut sekaligus sebagai ajang silaturrahmi masyarakat Aceh yang ada di perantauan agar lebih memberikan perhatian terhadap keberlangsungan perdamaian di Aceh.
Kini, delapan tahun telah berlalu selepas tragedi bencana terburuk sepanjang Indonesia merdeka itu. Namun, suasana kesedihan masih sangat terasa ketika komunitas Pemuda Aceh Jakarta Raya (Kompa Jaya) menggelar peringatan delapan tahun bencana gempa bumi dan tsunami.
"Peringatan delapan tahun tsunami kita lakukan pada Selasa kemarin di Asrama Foba Jakarta Selatan," kata ketua panitia pelaksana, Rahmat Musfikar di Jakarta, Rabu.
Dalam acara peringatan tersebut, para mahasiswa dan pemuda Aceh yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya menampilkan pertunjukkan seni dan muhasabah. Pertunjukan seni berupa musikalisasi puisi oleh seniman Aceh, Fikar W Eda serta penampilan musik dari grup Jroeh Aceh. Yang paling mengharukan, acara itu menampilkan testimoni para korban Tsunami.
Banyak dari peserta yang hadir siang itu harus menerima kenyataan kehilangan orang yang terkasihi. Ayah, ibu, kakak, bahkan bayi mereka hanyut diterjang tsunami besar. Namun, ketabahan tetap terpancar dari raut wajah para korban tsunami yang selamat.
Rahmat mengatakan, inti acara peringatan gempa dan tsunami tersebut sebagai momentum agar masyarakat Aceh bisa merenungkan dampak dari tsunami yang telah memberikan perubahan di segala lini kehidupan masyarakat. Sekalipun membawa perih, ada secercah makna setelah tsunami yakni perdamaian di bumi Rencong.
"Acara ini sebagai momentum bahwa janganlah menganggap tsunami itu hanya sebatas kenangan belaka. Sepatutnya adalah sebuah teguran atau peringatan yang harus diambil hikmahnya sehingga melahirkan perdamaian di Serambi Mekah," katanya.
Peringatan tersebut dihadiri oleh para tokoh, mahasiswa, para pemuda dan masyarakat Aceh yang ada di Jabodetabek dan Bandung.
Dia mengatakan, peringatan tersebut sekaligus sebagai ajang silaturrahmi masyarakat Aceh yang ada di perantauan agar lebih memberikan perhatian terhadap keberlangsungan perdamaian di Aceh.
Redaktur: Abdullah Sammy
Sumber: Antara
Setiap teguran dan peringatan dari Allah mengandung makna dan hikmah baik secara vertikal maupun horisontal. Secara vertikal, iman dan ketaqwaan kita meningkat, secara horisontal sikap dan prilaku sosial terhadap sesama semakin menguat. Sukses buat panitia buat Kompa Jaya.
BalasHapus