“KUCING BIRU”
Hidayat
Raharja 2012
Sabtu, 5 Januari 2013 | 23:43 WIB | KOMPAS.com
Di dua matamu sungai dan laut menyatu menidurkan pagi yang
basah.
Pintu terbuka sebuah
dunia amis kembali menyeruak dari dalam tubuh yang gosong. Aku ingat dua
tanganmu dan wajahmu yang berseri menangkap isyarat dari lubang pintu.
Selamat pagi,
suaramu sambil menunggu matahari bergerak dari dalam rumah.
Suara piring dan
garpu, suara ibu yang selalu mengingatkan subuh yang teduh. Segelas kopi, telur
dadar dan sepiring nasi riwayat yang selalu menguraikan cinta.
Engkau terlentang mandi matahari, dan dua matamu tenggelam dalam lautan hari yang kian pasang.
Engkau terlentang mandi matahari, dan dua matamu tenggelam dalam lautan hari yang kian pasang.
Kita berlayar ke
atas impian yang sempat kita tuliskan di punggung dan kita gambar di luas
langit mengangkang.
Cakarmu, ah
mengingatkan perjumpaan di malam-malam lalu yang sendu.
Merenangi bulan di
antara geliat bintang yang mengambang di permukaan.
Di gelambir susumu yang bergelantung, puting nasib menggembung menyimpan susu haru dan kantung takdir yang biru.
Di gelambir susumu yang bergelantung, puting nasib menggembung menyimpan susu haru dan kantung takdir yang biru.
Tiga puluh Sembilan
anakmu menari-nari bergelantungan di pentil waktu melompati punggung siang dan
menyelusup ke selangkang sore, dan malam pasang menabur kunang-kunang.
(2012.)
(2012.)
“KITA SEMUA WAYANG” – http://denmaspriyadi.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar