Minggu, 25 November 2012

Dongeng Pengantar Tidur: "KESATRIA HIDO" Diceritakan Oleh Sita S.Priyadi




Pendekar Samurai

SABTU, 24 NOV. 2012 – SITA BLOG:Adik-adik yang manis, sekarang kakak akan mendongeng tentang seorang kesatria tampan, gagah perkasa dan berani dari negeri Jepang, bernama Hido.  Adik-adik, beginilah ceritanya!

Menurut cerita, dahulu kala di negeri Jepang hidup seorang pendekar samurai yang gagah berani bernama Hido. Di desanya, Hido dikenal sebagai seorang kesatria linuwih, seorang samurai yang selalu menolong dan melindungi desanya dari gerombolan para penyamun yang hendak merampok di kampungnya. Dia mempunyai kesenangan mengembara dari satu desa ke desa yang lain, dari satu negeri ke negeri yang lain. Dia tak akan berhenti dalam melakukan hobinya itu sampai pengembaraannya itu benar-benar terpuaskan.

Suatu ketika Hido memutuskan hendak pergi mengembara ke negeri lain yang jauh dari desanya. Dengan membawa samurai dan busur panah senjata andalannya, Hido pergi mengembara dengan berjalan kaki. Berhari-hari, berminggu-minggu sudah dilaluinya. Akhirnya sampailah Hido di suatu negeri yang sama sekali belum pernah dikenalnya. Tampak di hadapannya sebuah danau luas dan lebar dengan sebuah jembatan penyeberangan panjang. Hido pun segera melangkahkan kakinya meniti jembatan tersebut.  Ketika sampai di tengah-tengah jembatan, Hido melihat seekor ular raksasa yang sedang tidur melingkar. Akan tetapi ia sama sekali tak gentar. Dengan tenang ia berjalan perlahan melewati ular raksasa itu. Belum selangkah Hido berjalan, tiba-tiba dia mendengar suara orang seperti memanggil dirinya.

“Wahai, kesatria yang gagah berani!”
 
Hido pun berpaling ke arah suara itu, akan tetapi ia tidak melihat seekor ular besar yang tadi dilihatnya sedang tidur melingkar, melainkan seorang pemuda tampan berjubah biru dengan mahkota emas di kepalanya. Dengan heran Hido bertanya kepada pemuda itu,

“Apakah tuan memanggil saya?”

“ya, benar! Andalah seorang kesatria yang selama ini saya cari-cari.”

Lelaki berjubah biru dengan mahkota emas di kepalanya itu menjelaskan kepada Hido, bahwa dirinya adalah seorang raja penghuni istana Kristal yang berada jauh di dasar danau. Selama ini kehidupan istana Kristal damai dan aman-aman saja. Akan tetapi semenjak adanya seekor naga jahat menguasai danau tersebut, kedamaian istana Kristal menjadi terancam. Acap kali naga jahat itu menteror mengganggu ketentraman rakyat istana Kristal. Bahkan jika malam tiba, naga itu menyelam ke dasar danau untuk memangsa siapa saja yang dijumpainya.

“Tuan pendekar, terus terang kami sangat membutuhkan seorang pendekar samurai yang bisa menolong kami dan seluruh rakyat kami di istana Kristal ini dari cengkraman naga jahat yang selalu menteror kami. Saya tahu hanya tuan pendekarlah yang bisa melakukan itu.”

“Dari manakah tuan tahu dan yakin, bahwa saya adalah seorang pendekar yang mampu menolong tuan dari cengkraman naga jahat itu?” Tanya Hido kepada lelaki berjubah biru dengan mahkota emas di kepalanya itu.

“Oh, tentu saja tuan pendekar! Itu saya lihat dari penampilan dan cara berpakaian serta sikap bicara tuan yang meyakinkan. Dan terlebih lagi dengan samurai dan busur panjang yang ada di punggung tuan itu.” Jawab lelaki berjubah biru seraya mengarahkan telunnjunya ke arah pedang samurai dan busur panjang yang di bawa Hido.

Mendengar kata-kata yang sedikit memuji dirinya, Hido menjadi senang juga. Maka dia pun bertanya lagi kepada lelaki bermahkota emas yang tak lain adalah Raja Istana Kristal.

“Apa yang  bisa saya lakukan untuk tuan?”  Tanya Hido sambil sambiil membungkukkan badannya.
Raja Danau penguasa Istana Kristal memegang tangan Hido. Kemudian diajaknya Hido untuk masuk ke dalam dasar danau menuju istana Kristal. Ternyata istana Kristal itu memang mengagumkan sekali. Semuanya berlapis emas permata yang indah-indah. Kursi-kursi, meja-meja, buah-buahan dan makanan semuanya indah dan lezat-lezat. Hido benar-benar di ajak kea lam yang selama ini belum pernah dialaminya. Sungguh suatu pengalaman yang kenikmatan dan keindahan yang tak ada bandingannya. Tak terasa malam pun mulai menjelang merayapi lingkunan istana Kristal. 

Saat tengah malam, tiba-tiba terdengar suara raungan yang memekakkan telinga. Air danau menggelegak membuyarkan airnya yang sebelumnya tenang, bagaikan gelombang pasang mendera istana Kristal. Mendengar ini Hido bergerak cepat, segera mencabut busur dan anak panah dari punggungnya dengan pedang samurai panjang siap dipergunakan, untuk menjaga kemungkinan terjadinya hal-hal buruk.

Benar saja, di pinggir danau sudah  berdiri seekor naga raksasa dengan bentuk mengerikan dan suara raungannya   yang mengetarkan alam sekitar bahkan seisi danau.  Akan tetapi kesatria Hido dengan busur, panah dan pedang samurai panjang ditangannya sedikitpun tak merasa gentar. Lalu diangkat busur dan ditariknya anak panah di arahkan ke kepala naga raksasa. 

Dan, sssuiiiit… suara desing anak panah melesat mengenai tubuh naga raksasa. Akan tetapi anak panah itu tak sedikitpun melukai kulit sang naga raksasa meskipun mengenai bagian tubuh yang lunak. Merasakan tubuhnya sedikit nyeri sang naga jahat semakin berang dan balik menyerang dengan menyemburkan api dari moncongnya ke arah Hido yang sudah siap dengan panah keduanya.  Dengan cekatan Hido melompat bersalto di atas permukaan danau menghindari semburan api sang naga jahat. Dalam satu kesempatan, Hido kembali melesatkan anak panah yang kedua. Sssiiing… panah kedua melesat bagai kilat mengarah ke tubuh sang naga. Akan tetapi secepat itu pula sang naga mengibaskan ekornya memapak anak panah Hido yang langsung jatuh ke permukaan danau dan masuk ke dasar danau. Sang naga membalas dengan menyerang menerkam sambil menyemburkan kembali api panasnya ke arah Hido dengan cepat. Sang Naga terus mendekati Hido dengan semburan-semburan api panasnya yang semakin membahana. Hido dengan cekatan bagai burung sikatan terus bersalto di udara menghindari semburan api panas Sang Naga jahat. 

Kali ini benar-benar Hido dibuat kalang kabut dan kerepotan. Untung saja ia teringat pesan gurunya agar saat akan memanah supaya menjilat terlebih dahulu ujung anak panahnya agar dapat melesat meluncur dengan baik. Secepat itu pula Hido melakukan pesan gurunya, membasahi ujung anak panah dengan menjilatnya baru kemudian melepaskan anak panah yang ketiganya ke arah bagian tengah-tengah otak kepala Sang Naga. Dan, sssuiiit anak panah ketiga melesat secepat kilat tepat mengenai  kepala di antara kedua mata Sang Naga. Darah segar mengucur dari kepala Sang Naga yang saat itu masih menyemburkan api dari mulutnya. Hido menghindar dengan cepat. Saat serangan Sang Naga mulai melemah, Hido tak mau terlambat. Kesempatan itu tak mau disia-siakannya. Saat itu juga dia mencabut pedang samurai panjangnya dan menusukkannya tepat ke arah leher Sang Naga. Darah kembali mengcur dari leher Sang Naga. Maka tewaslah Sang Naga Raksasa jahat pada saat itu juga.

Melihat Hido telah berhasil membunuh Sang Naga yang selama ini menteror, mengganggu ketentraman dan kedamaian Istana Kristal di dasar danau, Raja Danau si Llelaki tampan berjubah biru dengan mahkota emas di kepalanya sangat berterima kasih kepada Hido. Dan, untuk membalas jasanya yang demikian besar itu, Raja Danau memberikan hadiah besar berupa harta benda yang berlimpah pada Hido. Kini Hido tak mau lagi hidup mengembara. Dia telah hidup bahagia dengan rumah dan harta benda yang berlimpah tak habis tujuh turunan. Konon, Hido hidup berhagia dengan istrinya di suatu desa. Di sana Hido mengembangkan ilmu bela diri jepang dan mengajarkan kepada semua murid-muridnya, terutama sekali adalah seni bermain pedang samurai.[Sita S.Priyadi] 
  

1 komentar:

  1. Konon, Hido hidup berhagia dengan istrinya di suatu desa. Di sana Hido mengembangkan ilmu bela diri jepang dan mengajarkan kepada semua murid-muridnya, terutama sekali adalah seni bermain pedang samurai

    BalasHapus