Drs. I Gusti Ngurah Dwaja |
Para pembaca yang budiman, seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa
setiap enam bulan sekali, umat Hindu khususnya di Bali merayakan hari raya
Saraswathi. Salah satu hari suci ini, dirayakan setiap hari Sabtu Umanis, Wuku
Watugunung. Perayaan Saraswathi di Bali begitu semarak terlebih di
sekolah-sekolah dan instansi pemerintahan, kompak menjadikan hari raya
saraswathi sebagai hari fakultatif (hari libur kegiatan belajar-mengajar).
Hampir di setiap sekolah dan rumah umat Hindu di Bali, diadakan upacara khusus
terhadap buku-buku, lontar dan kitab-kitab suci sebagai pemaknaan terhadap
turunnya wahyu pengetahuan suci Weda oleh Sang pencipta kepada para Maharsi
Hindu di India. Pengetahuan akan Weda ini tidak turun kepada 1 orang Maharsi
saja, tapi dalam berbagai kitab suci Hindu disebutkan diturunkan kepada kurang
lebih 7 orang Maha Rsi yang diterima melalui pendengaran bathin tingkat tinggi
dan Siddhi.
Berkaca dari sejarah turunnya ilmu pengetahuan ini, sudah seyogyanya, segenap
genrasi muda Hindu di Bali dan di Universitas Warmadewa, memaknainya dengan
lebih meningkatkan pengetahuan diri terhadap berbagai bidang pelajaran yang
diikutinya. Perayaan Saraswathi hendaknya tidak berhenti pada ritualitas
belaka, namun sudah barang tentu, harus diikuti dengan praktek nyata
peningkatan kemampuan sang diri/masing-masing individu pada bidang ilmunya
masing-masing.
Saraswati, Merenungi Kecantikan dalam Praktek
Kenapa Ilmu Pengetahuan dilambangkan dengan wanita cantik? Ilmu pengetahuan diibaratkan demikian karena memang menarik umat manusia untuk mendekat, mempelajarinya. Dewi Saraswathi sejatinya adalah “Sakti” dari Dewa Brahma, simbul pencipta alam semesta. Secara filosofis, segala macam bentuk penciptaan semuanya bersumber pada ilmu pengetahuan. Dengan dilambangkan dengan kecantikan diharapkan umat manusia yang masih diliputi awidya, atau kegelapan, mampu melepaskan diri untuk bangkit mencapai pencerahan dan penerangan lahir dan bathin.
Ilmu Pengetahuan Kini dan Nanti
Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan begitu pesatnya. Kalau zaman dulu kita mengenal Albert Einstein, Thomas Alfa Edison, dan lain-lain, saat ini pun demikian, tengok saja perkembangan teknologi nuklir, komputer yang semakin canggih. Nama-nama seperti Bill Gates, penemu Microsoft, BJ Habibie – perintis pesawat terbang di Indonesia, merupakan salah satu contoh betapa dari ketekunan mereka mempelajari ilmu pengetahuan akan berdampak sangat besar bagi kehidupan umat manusia. Disisi lain, harus diakui, perkembangan ilmu pengetahuan yang demikian pesat, juga telah banyak menimbulkan efek-efek negatif. Seperti contoh, perlombaan senjata nuklir, perang dingin, cyber crime, video porno, HP porno dan lain-lainnya telah membuat kita berfikir, apakah ilmu pengetahuan itu salah? Jawabannya tentu tidak, yang salah adalah individu-individu yang mempraktekkan ilmu pengetahuan. Sama halnya dengan ilmu kesaktian/ Leak di Bali. Sesungguhnya tidak ada ilmu hitam ataupun putih namun orangnya lah yang membuat dia berubah warna. Mau hitam atau putih, tergantung orangnya.
Saraswati, Refleksi Mendalam
Hendaknya perayaan saraswati yang tepatnya nanti jatuh pada tanggal 1 Agustus 2009 ini, dipakai sebagai media perenungan terhadap hakekat sang diri, dalam memaknai ilmu pengetahuan itu sendiri. Proses penggalian pengetahuan itu hendaknya dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan. Niscaya, temuan-temuan baru yang berguna bagi kehidupan umat manusia, seperti penemuan obat virus Flu Babi, penangkal virus HIV, atas seizin Tuhan Yang Maha Kuasa dapat terjadi dalam waktu yang tidak begitu lama.
Selamat Hari Raya Saraswati, Semoga Pikiran yang baik datang dari segala Penjuru!
Artikel:
Kiriman dari Drs. I Gusti Ngurah Dwaj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar