|
Pendekar Samurai |
SABTU, 24 NOV. 2012 – SITA BLOG:Adik-adik yang manis, sekarang kakak akan mendongeng tentang seorang kesatria
tampan, gagah perkasa dan berani dari negeri Jepang, bernama Hido. Adik-adik, beginilah ceritanya!
Menurut cerita, dahulu
kala di negeri Jepang hidup seorang pendekar samurai yang gagah berani bernama
Hido. Di desanya, Hido dikenal sebagai seorang kesatria linuwih, seorang
samurai yang selalu menolong dan melindungi desanya dari gerombolan para
penyamun yang hendak merampok di kampungnya. Dia mempunyai kesenangan
mengembara dari satu desa ke desa yang lain, dari satu negeri ke negeri yang
lain. Dia tak akan berhenti dalam melakukan hobinya itu sampai pengembaraannya
itu benar-benar terpuaskan.
Suatu ketika Hido
memutuskan hendak pergi mengembara ke negeri lain yang jauh dari desanya.
Dengan membawa samurai dan busur panah senjata andalannya, Hido pergi
mengembara dengan berjalan kaki. Berhari-hari, berminggu-minggu sudah
dilaluinya. Akhirnya sampailah Hido di suatu negeri yang sama sekali belum
pernah dikenalnya. Tampak di hadapannya sebuah danau luas dan lebar dengan
sebuah jembatan penyeberangan panjang. Hido pun segera melangkahkan kakinya
meniti jembatan tersebut. Ketika sampai
di tengah-tengah jembatan, Hido melihat seekor ular raksasa yang sedang tidur
melingkar. Akan tetapi ia sama sekali tak gentar. Dengan tenang ia berjalan
perlahan melewati ular raksasa itu. Belum selangkah Hido berjalan, tiba-tiba
dia mendengar suara orang seperti memanggil dirinya.
“Wahai,
kesatria yang gagah berani!”
Hido pun berpaling ke
arah suara itu, akan tetapi ia tidak melihat seekor ular besar yang tadi
dilihatnya sedang tidur melingkar, melainkan seorang pemuda tampan berjubah
biru dengan mahkota emas di kepalanya. Dengan heran Hido bertanya kepada pemuda
itu,
“Apakah
tuan memanggil saya?”
“ya,
benar! Andalah seorang kesatria yang selama ini saya cari-cari.”
Lelaki berjubah biru
dengan mahkota emas di kepalanya itu menjelaskan kepada Hido, bahwa dirinya
adalah seorang raja penghuni istana Kristal yang berada jauh di dasar danau. Selama
ini kehidupan istana Kristal damai dan aman-aman saja. Akan tetapi semenjak
adanya seekor naga jahat menguasai danau tersebut, kedamaian istana Kristal
menjadi terancam. Acap kali naga jahat itu menteror mengganggu ketentraman
rakyat istana Kristal. Bahkan jika malam tiba, naga itu menyelam ke dasar danau
untuk memangsa siapa saja yang dijumpainya.
“Tuan
pendekar, terus terang kami sangat membutuhkan seorang pendekar samurai yang
bisa menolong kami dan seluruh rakyat kami di istana Kristal ini dari
cengkraman naga jahat yang selalu menteror kami. Saya tahu hanya tuan
pendekarlah yang bisa melakukan itu.”
“Dari
manakah tuan tahu dan yakin, bahwa saya adalah seorang pendekar yang mampu
menolong tuan dari cengkraman naga jahat itu?”
Tanya Hido kepada lelaki berjubah biru dengan mahkota emas di kepalanya itu.
“Oh,
tentu saja tuan pendekar! Itu saya lihat dari penampilan dan cara berpakaian
serta sikap bicara tuan yang meyakinkan. Dan terlebih lagi dengan samurai dan
busur panjang yang ada di punggung tuan itu.” Jawab
lelaki berjubah biru seraya mengarahkan telunnjunya ke arah pedang samurai dan
busur panjang yang di bawa Hido.
Mendengar kata-kata
yang sedikit memuji dirinya, Hido menjadi senang juga. Maka dia pun bertanya
lagi kepada lelaki bermahkota emas yang tak lain adalah Raja Istana Kristal.
“Apa
yang bisa saya lakukan untuk tuan?” Tanya Hido sambil sambiil membungkukkan
badannya.
Raja Danau penguasa
Istana Kristal memegang tangan Hido. Kemudian diajaknya Hido untuk masuk ke
dalam dasar danau menuju istana Kristal. Ternyata istana Kristal itu memang
mengagumkan sekali. Semuanya berlapis emas permata yang indah-indah.
Kursi-kursi, meja-meja, buah-buahan dan makanan semuanya indah dan lezat-lezat.
Hido benar-benar di ajak kea lam yang selama ini belum pernah dialaminya.
Sungguh suatu pengalaman yang kenikmatan dan keindahan yang tak ada
bandingannya. Tak terasa malam pun mulai menjelang merayapi lingkunan istana
Kristal.
Saat tengah malam,
tiba-tiba terdengar suara raungan yang memekakkan telinga. Air danau
menggelegak membuyarkan airnya yang sebelumnya tenang, bagaikan gelombang
pasang mendera istana Kristal. Mendengar ini Hido bergerak cepat, segera
mencabut busur dan anak panah dari punggungnya dengan pedang samurai panjang
siap dipergunakan, untuk menjaga kemungkinan terjadinya hal-hal buruk.
Benar saja, di pinggir
danau sudah berdiri seekor naga raksasa
dengan bentuk mengerikan dan suara raungannya yang mengetarkan
alam sekitar bahkan seisi danau. Akan
tetapi kesatria Hido dengan busur, panah dan pedang samurai panjang ditangannya
sedikitpun tak merasa gentar. Lalu diangkat busur dan ditariknya anak panah di
arahkan ke kepala naga raksasa.
Dan, sssuiiiit… suara
desing anak panah melesat mengenai tubuh naga raksasa. Akan tetapi anak panah
itu tak sedikitpun melukai kulit sang naga raksasa meskipun mengenai bagian
tubuh yang lunak. Merasakan tubuhnya sedikit nyeri sang naga jahat semakin
berang dan balik menyerang dengan menyemburkan api dari moncongnya ke arah Hido
yang sudah siap dengan panah keduanya. Dengan
cekatan Hido melompat bersalto di atas permukaan danau menghindari semburan api
sang naga jahat. Dalam satu kesempatan, Hido kembali melesatkan anak panah yang
kedua. Sssiiing… panah kedua melesat bagai kilat mengarah ke tubuh sang naga.
Akan tetapi secepat itu pula sang naga mengibaskan ekornya memapak anak panah
Hido yang langsung jatuh ke permukaan danau dan masuk ke dasar danau. Sang naga
membalas dengan menyerang menerkam sambil menyemburkan kembali api panasnya ke
arah Hido dengan cepat. Sang Naga terus mendekati Hido dengan semburan-semburan
api panasnya yang semakin membahana. Hido dengan cekatan bagai burung sikatan
terus bersalto di udara menghindari semburan api panas Sang Naga jahat.
Kali ini benar-benar
Hido dibuat kalang kabut dan kerepotan. Untung saja ia teringat pesan gurunya
agar saat akan memanah supaya menjilat terlebih dahulu ujung anak panahnya agar
dapat melesat meluncur dengan baik. Secepat itu pula Hido melakukan pesan
gurunya, membasahi ujung anak panah dengan menjilatnya baru kemudian melepaskan
anak panah yang ketiganya ke arah bagian tengah-tengah otak kepala Sang Naga.
Dan, sssuiiit anak panah ketiga melesat secepat kilat tepat mengenai kepala di antara kedua mata Sang Naga. Darah
segar mengucur dari kepala Sang Naga yang saat itu masih menyemburkan api dari
mulutnya. Hido menghindar dengan cepat. Saat serangan Sang Naga mulai melemah,
Hido tak mau terlambat. Kesempatan itu tak mau disia-siakannya. Saat itu juga
dia mencabut pedang samurai panjangnya dan menusukkannya tepat ke arah leher
Sang Naga. Darah kembali mengcur dari leher Sang Naga. Maka tewaslah Sang Naga
Raksasa jahat pada saat itu juga.
Melihat Hido telah
berhasil membunuh Sang Naga yang selama ini menteror, mengganggu ketentraman
dan kedamaian Istana Kristal di dasar danau, Raja Danau si Llelaki tampan berjubah
biru dengan mahkota emas di kepalanya sangat berterima kasih kepada Hido. Dan,
untuk membalas jasanya yang demikian besar itu, Raja Danau memberikan hadiah
besar berupa harta benda yang berlimpah pada Hido. Kini Hido tak mau lagi hidup
mengembara. Dia telah hidup bahagia dengan rumah dan harta benda yang berlimpah
tak habis tujuh turunan. Konon, Hido hidup berhagia dengan istrinya di suatu
desa. Di sana Hido mengembangkan ilmu bela diri jepang dan mengajarkan kepada semua
murid-muridnya, terutama sekali adalah seni bermain pedang samurai.[Sita S.Priyadi]