Blog Ki Slamet "Kita Semua Wayang"
Juat, 31 Agustus 2018 - 03:30 WIB
Ki
Slamet Priyadi: SANG BOMA
PUPUH
II ( 1 – 38 )
1.
Perselisihan Dewa Wisnu dan Brahma
Alkisah tersebutlah kisah
dewa maha bisa
Tiada lain dialah sang
Batara Wisnu namanya
Ia sang Penguasa alam
Kayangan Jagad Nata
Tiada bisa mambang
peri dekati kayangannya
Suatu hari datang
Batara Brahma kepadanya
Demi melihat yang
datang Batara Berahma
Wisnu pun
mempersilahkan Batara Berahma
Duduk berdua bersama-sama di singgasana
Batara Wisnu pun
bertanya kepada Brahma,
“Aduh, ada maksud apa
tuan Batara Brahma
Datanglah berkunjung
ke kayangan hamba ?”
Batara Berahma pun
segera menjawabnya,
“Sengaja hamba datang ke kayangan Batara
Oleh karena,
ada sesuatu yang akan hamba
perlu sampaikan kepada
tuan batara kiranya
hal ini berkaitan
hamba lebih dulu tercipta !”
Demi mendengar pernyataan Batara Brahma,
Batara Wisnu faham
maksudnya iapun berkata,
“Kalaulah memang
demikian itu yang tuan kata,
Jika tuan lebih tua
dari hamba, apa tandanya?”
Pertanyaan Batara
Wisnu dijawab Batara Brahma,
Memang demikian
sepanjang pengetahuan hamba!”
“Baik, jika demikian
adanya, Batara Wisnu berkata,
Kini tuan sembunyilah,
hamba cari tuan Brahma !”
“Oya jikalah tuan
Brahma bersembunyi dan hamba
Tiada temukan tuan,
itulah pertanda tuan Brahma
Benar lebih dulu
dijadikan oleh Dewata Mulia Raja
Dan itu artinya,tuan
Batara Brahma lebih tua usia!”
Setelah selesai Batara
Wisnu bicara Batara Brahma
Gaib dari dalam istana bersembunyi entah dimana
Dewa Wisnu tersenyum,
segera ia merubah dirinya
menjadi seekor burung
merak emas yang elok rupa
Burung emas itu
mengikuti terus Batara Brahma
Setelah Batara Brahma
tiba di langit yang pertama
Dia melihat ada seekor
burung emas mengikutinya,
Batara Brahma gaib
pula menuju langit yang kedua
Tiba di langit kedua,
batara Brahma tak menyangka
Burung emas masih juga
dapat terus mengikutinya
Maka kembali Batara
Brahma gaib ke langit ketiga
Ternyata burung merak
itu masih jua mengikutinya
Sesaampai di langit keempat
dan langit yang kelima
Bahkan tiba di langit
keenam, masih diikutinya juga
Batara Brahma tak jua
mau mengalah, ia terus saja
Menuju langit
ke tujuh tempat persembunyiannya
Meihat Batara Brahma masih
terus keras berupaya
Gaib ke langit tujuh
maka merak emas rubah dirinya
Jadi naga raksasa, tubuhnya
laksana bukit besarnya
Naga itu lebihlah
dulu tiba di langit ke tujuh sana
Tiba di langit
ketujuh, Batara Brahma bertemu naga
Yang mulutnya terbuka
lebar seperti mau memangsa
Karenanya berpikirlah
Batara Brahma dalam hatinya,
“Hm, rupanya naga ini
pun bukanlah naga sebenarnya
Diapun permainan
daripa sang Batara Mahawisnu jua
Agar aku tidaklah bisa
naik ke langit ketujuh jadinya
Maka kusuruh Batara Mahawisnu bersembunyi saja
Agar dia tak bisa lari
dari pandangan aku punya mata
Setelah itu maka Batara
Brahma pun kembali ke istana
Ya, istana Kayangan
tempat semayamnya Wisnu Batara
Setiba di istana
kayangan, ia justru kagetlah dibuatnya
Sebab di sana ada Sri
Batara Wisnu sedang menantinya
Kejadian itu membuat Batara Brahma jadi terkesima
Dia kagum, pikirnya
betapa saktinya Sri Wisnu Batara
Batara Brahma merasa heran Batara Wisnu berkata :
“Tuan Brahma, apa lagi
yang ingin tuan pinta dari saya?”
Jawab Batara Brahma :
“Baiklah sekarang giliran anda
Yang sembunyi, dan hamba yang mencari tuan Batara
Apabila tuan tidak
dapat hamba temukan, itu artinya
Tuan Batara Wisnulah
yang lebih tua darilah hamba.”
Sahut Batara Wisnu :
“Baiklah, tuan Batara Brahma !”
Sejenak Batara
Wisnupun lenyap dari pandangan mata
Sementara itu Batara
Brahma bertanya dalam hatinya;
“Kemana aku cari
Batara Wisnu, ia amat sakti digjaya?”
“Jika begitu aku lebih
baik merendahkan diriku darinya
Agar pekerjaanku tiada
dikata oleh para dewa-dewa”
Batara Brahma akui
kelebihan Wisnu, dia pun berkata:
“Sinuhun, sungguh tuan
memang lebih tua dari hamba
“Tuan hamba dulu yang
dijadikan Dewata mulia Raja
Dari pada segala dewa-dewa
dan para Indera-indera”
Syahdan kata Batara Wisnu
kepada Batara Brahma :
“Jikalah sungguh tuan mau berhidmat pada hamba,
Baik, tetapi ada
suatu permainan yang indah hamba
beri pada tuan Batara,
sebagai tanda khidmat hamba
Batara Brahma berkata
: “Apa titah sang tuan Batara
Itulah yang hamba
junjung tinggi lebih di atas kepala
Maka Batara Wisnu pun
berkata pada Batara Brahma :
“Jika memang demikian
adanya, berdirilah tuan Batara
Mari kita bicara, kita diskusikan secara bersama-sama
Sebentar kemudian, lalu keduanya pun berdiri segera
Konon cerita setelah
keduanya saling bertatapan muka
Dari tubuh Batara
Wisnu keluarlah dua berkas cahaya
Kilas cahaya pertama masuk ke dalam perut bumi loka
Kilasan cahaya
kedua melesat terbang ke langit akaca
Lalu berkatalah Batara Wisnu
kepada Batara Brahma :
“Lihat oleh tuan
Batara cahaya yang naik ke langit akaca
Perhatikanlah, ke
arah manakah cahaya itu perginya ?
Sedang saya melihat cahaya
yang masuk ke bumi loka”
Batara Brahma pun
lakukan perintah seraya berkata:
“Baik, tuanku Batara
Wisnu penguasa Kayangan loka!”
Batara Brahma rubah
diri jadi elang terbang ke akaca
Mengikuti cahaya itu
terbang menuju ke angkasa raya
Demi melihatlah burung
elang jelmaan Batara Brahma
Masih terus terbang
mengikuti cahaya ke langit akaca
Batara Wisnu pun
jadikan dirinya seekor babi raksasa
Yang bentuk tubuhnya
bagai sebesar gunung Himalaya
Babi itupun masuklah
ke dalam bumi mengikuti cahaya
Lalu disungkur tanah
tempat cahaya masuk tiga yojana
Babi jalma Batara
Wisnu itu masuk ke dasar bumi loka
Nampak di
dalam bumi betapalah terang dan eloknya
Nampak pula dalam bumi
loka sana ada mahligai istana
Maka babi jalma Batara
Wisnu itu kembali beralih rupa
Jadilah raksasa
kemudian naik duduk di atas singgasana
Berpeluk tubuh bersuku tunggal tenangkan pikirannya
Tak seberapa lama ia
berlaku demikian, nampak wanita
Di dalam mahligai itu
betapa elok nan cantik parasnya
Batara Wisnu pun
hampiri wanita itu serayalah berkata:
“Wahai puteri nan elok
rupa, siapa puteri punya nama ?”
Dewi itu menjawab:
“Dewi Pertiwi hamba punya nama!”
Meskipun menjawab tapi
ada perasaan takut di hatinya
Maka ia pun berlari
gancang sang raksasa mengejarnya
Digamitnya tangan Dewi
Pertiwi hingga ia tak berdaya
Dewi Pertiwi dibawa ke
dalam mahligai oleh sang raksasa
Yang bukan lain adalah
jelmaan Wisnu Batara penguasa
Maka, Raksasa itu
pun melampiaskan hasrat renjananya
Kepada Dewi Pertiwi
berulang kali hingga berbadan dua
Segalanya telah terjadi
maka Batara Wisnupun berkata:
“Wahai adinda Dewi
Pertiwi yang elok nan cantik jelita,
Saatnyalah kakanda
akan kembali ke kayangan kakanda
Apabila kelak, adinda
melahirkan bayi laki-laki, kiranya
Petiklah bunga tanjung
emas, berikan kepada anakanda
Itulah yang benama
bunga tanjung emas Wijaya Mulia
Batara Wisnu pun
merapalkan berbagai macam mantra
Kesaktian Ke dalam bunga
tanjung emas Wijaya Mulia
Setelah itu, Batara
Wisnu kembalilah ke wujud semula
Beralih rupa ke wujud
asli jadi sang Mahawisnu Batara
Mohon dirilah pada Dewi
Pertiwi kembali ke istananya
Di Kayangan tempat bersemayamnya para dewa-dewa
Setelah Batara Brahma,
mengikuti cahaya ke akaca
Ia balik dilihatnya
Batara Wisnu duduk di singgasana
Di atas balai gading,
maka segera ia pun naiklah pula
Lalu Batara Wisnu bertanya
kepada Batara Brahma:
“Batara Brahma
bagaimana berita mengikuti cahaya?”
Batara Brahma pun
segera ceritakan awal-akhirnya
Dengar tutur Brahma, Batara
Wisnu tersenyum saja
Maka Batara Brahma pun
kembali baliklah bertanya:
“Bahtara Wisnu, apa
yang tuan alami saat ikuti cahaya
Ke dalam perut bumi sana ? ”Dewa Wisnu
bercerita,
Mulai dia merubah
dirinya menjadi seekor babi raksasa
Sampai bertemu dengan
Dewi Pertiwi yang jadi istrinya
Dengar cerita Dewa
Wisnu, Dewa Brahma bergembira
Lalu dia pun mohon
izin untuk kembali ke Kayangannya
Adapun Kayangan Batara Wisnu dan Batara Brahma
Tak berapa jauhnya antaranya
pada Selatan dan Utara
—
SP —
Kp.
Pangarakan, Bogor
Selasa, 31 Agustus 2018
Pukul
: 03:42 WIB
REFERENSI
:
Balai
Pustaka, “Sang Boma”
Penerbit
: Balai Putaka 1978