Kamis, 27 Desember 2012

Puisi: "PITUAH SEGUMPAL ASAP ROKOK" Karya Slamet Priyadi - Karya Seni Budaya Nusantara


Denmas Priyadi (Foto: SP)

“Pituah Segumpal Asap Rokok”

Karya Slamet Priyadi – Jumat,28 Des.2012-09:30 WIB
Selepas tidur suntuk semalam
Di pagi cerah ini
Aku minum secangkir kopi
Terasa dada ini menghangat
Meski sedikit menyengat
Sambil menghisap sebatang rokok
Aku tatap jendela rumah
Nampak bingkai kayunya mulai rapuh-ruah
Dan pikirku jadi menerawang
Ya, begitulah aku sekarang
Semakin tua usia lekang
Semakin merenta tulang-tulang
Kembali aku hisap rokok yang ada di jemariku
Asapnya mengepul-ngepul kelabu
Berputar-putar di depan mataku
Melayang-layang di telinga
Seperti berbisik dan berkata-kata,
"Usia tuan semakin lanjut dan berkurang,

Apa yang sudah tuan persiapkan dari sekarang

‘tuk bekal tuju ke Maniloka alam kelanggengan"
Segera aku matikan rokok di jemari
Melangkah gontai dan lunglai
Menuju ke kamar mandi 'tuk bersuci
Bersihkan semua kotoran dalam diri
Tuhan, dosa-dosaku semakin merebak
Hingga kini pun belum jua terkuak
Aku jauh dari-MU,
 Semakin jauh dari-MU

Tuhan, gerakkanlah hati hamba-MU
Berikanlah kasih-MU
Berikanlah rahmat-MU
Agar aku dekat, dan kembali ke jalan-MU
Amieeen......
Blog Slamet Priyadi:”KARYA SENI BUDAYA NUSANTARA”-http://cigombong80.blogspot.com

JOKOWI PUN AKAN PAKAI SERAGAM BETAWI - Kurnia Sari Aziza - Kamis, 27 Des. 2012


 
KOMPAS.com/Indra Akuntono Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) bersama istrinya Iriana Jokowi saat menghadiri Kirab Budaya Rakyat Jakarta, di depan gedung Balai Kota Jakarta, Minggu (28/10/2012). Kirab Budaya Rakyat Jakarta digelar dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda sekaligus menjadikan Jakarta sebagai pusat kebudayaan nusantara berbasis budaya Betawi.

JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun depan, PNS Pemprov DKI akan mulai mengenakan seragam Betawi. Peraturan ini diterapkan untuk melestarikan kebudayaan Betawi.

Untuk memperdalam peraturan tersebut, pagi ini Jokowi mengadakan rapat dengan beberapa tokoh Betawi dari Badan Musyawarah (Bamus), yang diketuai oleh Nachrowi Ramli.
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau yang lebih akrab disapa Jokowi mengatakan, peraturan seragam Betawi ini akan dikenakan mulai Januari 2013. Sedangkan hari Rabu dipilih sebagai hari wajib memakai baju seragam Betawi ini.

"Januari 2013 mulainya setiap hari Rabu, semuanya pakai seragam Betawi, tak terkecuali, nanti Gubernurnya pakai juga," kata Jokowi di Balaikota Jakarta, Kamis (27/12/2012).

Beberapa contoh seragam Betawi untuk Pemprov DKI telah dirancang oleh Emma Amalia Agusbisri. Ada14 model, yang terdiri dari baju koko untuk laki-laki dan kebaya untuk wanita.

"Pak Gubernur tadi bilang pilih semua. Jadi memang tidak satu macam saja yang bisa dipakai, yang memudahkan. Kainnya juga ada maknanya, kebaya kerancang Betawi adalah baju Betawi dari dulu," kata Emma.

Soal seragam daerah ini, sebelumnya Jokowi telah menerapkanya di Solo kala dia menjadi wali kota di sana. Jokowi mengatakan ingin memasukkan unsur-unsur kebudayaan Betawi ke dalam bangunan yang berada di Jakarta.

Editor :
Ana Shofiana Syatiri

Rabu, 26 Desember 2012

Arkeolog: "TEMPAT LAHIR YESUS BUKAN DI BETHLEHEM" - REPUBLIKA.CO.ID - Kamis, 27 Des. 2012, 03:00 WIB


Bethlehem

REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Selama ini, umat Kristen sejagat raya meyakini Yesus lahir di Kota Bethlehem, Tepi Barat, Palestina. Namun, para arkeologi menyatakan kota kelahiran Yesus sebenarnya adalah di Kota Betlehem, Galilea, sebuah wilayah di Utara wilayah pendudukan Israel, bukan Kota Betlehem, Tepi Barat.

Arkeolog Israel, Aviram Oshri menyatakan umat Nasrani se dunia selama ini salah mengira tempat kelahiran Yesus.

"Pada masa Yesus hidup, Kota Bethlehem di Galilea dihuni kaum Yahudi. Tak ada bukti di awal abad Masehi Bethlehem di Tepi Barat dihuni penduduk," kara Oshri seperti disadur dari Telegraph.co.uk, Rabu (26/12).

Oshri menjelaskan, saat masih bekerja sebagai arkeolog di awal 1990-an, ia mengaku harus menggali dan menyelamatkan beberapa proyek pembangunan di sebuah desa di Galilea.

"Ketika aku bekerja, beberapa penduduk sekitar lokasi mengatakan Yesus lahir di sana, bukan di selatan," selorohnya.

Saking penasarannya, Oshri mengaku akhirnya meneliti bukti-bukti arkelogis di sana. Saat itu Oshri menemukan bukti ritual pemurnian kaum Yahudi terjadi di Bethlehem, Galilea ketika Yesus masih hidup.

Daerah itu berada delapan kilometer dari Kota Nazareth, tempat tinggal Yesus di masa kecil.

"Jika sejarah Yesus yang benar-benar lahir di Betlehem, kemungkinan besar Bethlehem Galilea, tidak di Tepi Barat."

Sayangnya, tempat lahir Yesus diyakini para arkeologi sudah dihancurkan untuk mendirikan bangunan modern.

Redaktur: Karta Raharja Ucu

DELAPAN TAHUN MENGENANG TSUNAMI ACEH - Rabu, 26 Desember 2012 - Republika Online




Delapan Tahun Mengenang Tsunami Aceh
Tsunami Aceh

REPUBLIKA.CO.ID, Delapan tahun yang lalu, Aceh diguncang gempa besar. Gempa berkekuatan sekitar 9,3 skala richter terjadi sekitar pukul 07.58 pagi. Gempa ini mengakibatkan tsunami yang merenggut sekitar 126 ribu nyawa masyarakat Serami Mekah.

Kini, delapan tahun telah berlalu selepas tragedi bencana terburuk sepanjang Indonesia merdeka itu. Namun, suasana kesedihan masih sangat terasa ketika  komunitas Pemuda Aceh Jakarta Raya (Kompa Jaya) menggelar peringatan delapan tahun bencana gempa bumi dan tsunami.

"Peringatan delapan tahun tsunami kita lakukan pada Selasa kemarin di Asrama Foba Jakarta Selatan," kata ketua panitia pelaksana, Rahmat Musfikar di Jakarta, Rabu.

Dalam acara peringatan tersebut, para mahasiswa dan pemuda Aceh yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya menampilkan pertunjukkan seni dan muhasabah. Pertunjukan seni berupa musikalisasi puisi oleh seniman Aceh, Fikar W Eda serta penampilan musik dari grup Jroeh Aceh. Yang paling mengharukan, acara itu menampilkan testimoni para korban Tsunami.

Banyak dari peserta yang hadir siang itu harus menerima kenyataan kehilangan orang yang terkasihi. Ayah, ibu, kakak, bahkan bayi mereka hanyut diterjang tsunami besar. Namun, ketabahan tetap terpancar dari raut wajah para korban tsunami yang selamat.

Rahmat mengatakan, inti acara peringatan gempa dan tsunami tersebut sebagai momentum agar masyarakat Aceh bisa merenungkan dampak dari tsunami yang telah memberikan perubahan di segala lini kehidupan masyarakat. Sekalipun membawa perih, ada secercah makna setelah tsunami yakni perdamaian di bumi Rencong.

"Acara ini sebagai momentum bahwa janganlah menganggap tsunami itu hanya sebatas kenangan belaka. Sepatutnya adalah sebuah teguran atau peringatan yang harus diambil hikmahnya sehingga melahirkan perdamaian di Serambi Mekah," katanya.

Peringatan tersebut dihadiri oleh para tokoh, mahasiswa, para pemuda dan masyarakat Aceh yang ada di Jabodetabek dan Bandung.

Dia mengatakan, peringatan tersebut sekaligus sebagai ajang silaturrahmi masyarakat Aceh yang ada di perantauan agar lebih memberikan perhatian terhadap keberlangsungan perdamaian di Aceh.

Redaktur: Abdullah Sammy
Sumber: Antara

Rabu, 05 Desember 2012

Bangsa Kita kaya Suket Garing 28 Oktober 2012 | 17:44 wi


image
(suaramerdeka.com/ wayang.wordpress.com)


 
  Dening MM Bhoernomo
Sadurungi tilar donya, WS Rendra tau menehi pamawas yen bangsa kita kaya dene suket garing; gampang kobong. Paribasane kepletikan mawa rokok wae bisa kobong. Lan yen wis kobong, njur gampang mremen saengga bakal ngobong samubarang.
 

KAYA mengkono kahanan sing wis nyata. Meh saben dina ana kasus tawuran utawa obong-obongan sing akibate nggegirisi, kaya sing kedadeyan ing Sampang (Madura) lan dhaerah liya. Wis akeh sing mati jalaran tawuran. Malah uga ana sing mati senajan ora melu tawuran, nanging lagi apes jalaran nalika ana tawuran ora bisa mlayu nylametake awak.

Sing prelu kawuningan, kaya dene sing kabeber dening para ahli adedhasar survei global, sing tansah dirembug ana ing sidhang prekara keamanan PBB ing tauntaun sing wis kapungkur, luwih akeh warga sipil sing mati nalika ana obong-obongan utawa tawuran ketimbang prajurit militer sing mati ing palagan.
Ana uga survei sing wis mbeberake yen luwih akeh warga sipil mati kena bedhil ketimbang tentara sing melu perang ing palagan kanthi nggunakake bedhil lan bom. Mula prekara tawuran ing negara-negara sing ora dadi palagan militer dianggep luwih nggegirisi ketimbang perang gedhe sing nganggo senapan otomatis lan bom-bom gedhe.

Perang Dingin Mula banjur ana pitakonan: geneya bangsa kita kaya dene suket garing? Wangsulane bisa kabeberake kanthi dawa. Dene sawijine bangsa bisa gampang ngamuk jalaran para pemimpine gampang nesu. Lan yen ana bangsa liyane sing uga gampang ngamuk, mangka banjur padha perang, kaya dene sing wis tau kedadeyan ing ngalam donya iki sing kasebut Perang Dunia I lan Perang Dunia II utawa perang sing gedhe jalaran akeh bangsa sing melu perang.

Nalika Perang Dunia I, akeh bangsa kepeksa melu perang jalaran yen ora melu bakal luwih katiwasan. Mula banjur akeh bangsa kumpul dadi siji sing kasebut sekutu, memungsuhan karo Jerman sing dipimpin Hitler. Sapa Hitler kuwi? Kaya sing kabeber ana ing buku sujarah, Hitler sawijine pemimpin sing seneng nesu lan seneng perang. Mula sing dipentingake mung gawe maneka gaman utawa senjata murih unggul ing palagan.
Nanging amerga seneng perang, Hitler asring nglurug ing negara-negara liya. Mula banjur dikroyok sekutu, saengga prajurite Hitler kasor. Dene nalika Perang Dunia II, akeh bangsa uga nyawiji anggone mungsuhi Jepang. Mula Jepang banjur seleh sawise kuthane dibom atom dening Amerika Serikat sing prasasat dadi pemimpin bangsa-bangsa liya sing nyawiji dadi sekutune.

Geneya Jepang dimungsuhi sekutu? Ora liya jalaran wektu iku pemimpin Jepang uga seneng perang saengga duweni alat-alat perang sing akeh tur canggih. Malah Jepang uga duweni bala prajurit sing wani mati saengga kabeh mungsuhe padha giris. Nanging jalaran akeh sing mungsuhi, Jepang banjur keok.

Sawise Perang Dunia II, meh kabeh bangsa ing donya banjur dadi rukun. Nanging rukune ura tulus saengga thukul kahanan sing kasebut Perang Dingin. Kahanan kuwi kaya dene kahanan sing sarwa rukun, nanging saben-saben bangsa sing wis maju banjur padha unggulunggulan gawe alat-alat perang sing sarwa canggih kaya dene bom nuklir.

Ing mangsa Perang Dingin, kabeh bangsa sepakat gelem rukun. Nanging jalaran isih akeh bangsa sing durung maju jalaran padha pasulayan karo sedulur dhewe, kaya dene rebutan pangkat utawa rebutan wangkit, mula banjur akeh pasulayan sing kedadeyan sajrone negara sing disebut minangka perang saudara.
Kuwi pasulayan sajrone negara sing kudune bisa dirampungake dhewedhewe, jalaran bangsa liya ora oleh cawe-cawe nyampuri urusane sawijine bangsa. Kaya mengkono kahanan sing uga kerep kedadeyan ing negara kita. Namung jalaran kalah ing pemilihan kepala dhaerah banjur ana calon bupati karo pendukunge ngamuk lan ngobong kuthane dhewe.

Namung jalaran nyek-nyekan, para mahasiswa utawa suporter sepakbola uga padha tawuran lan obong-obongan. Malah jalaran salah paham ana uga bocah-bocah sekolah sing tawuran karo wartawan. Akeh sing kandha yen bangsa sing gampang nesu kaya dene suket garing kuwi jalaran sistem keadilan durung lumaku kanthi becik.

Luwih cethane, yen isih akeh wong sing rumangsa dadi korban kahanan sing ora adil mangka bakal gampang ngamuk. Mula yen pancen kita ora kepengin dadi bangsa sing kaya suket garing, kudune bab keadilan kukum, keadilan sosial, lan keadilan ekonomi tansah diwujudake. Ora mung dadi gunemane para panguwasa lan dadi pangangenangene rakyat.

Ana unen-unen, cacing wae yen kapidak-pidak bakal ngulet, apa maneh manungsa. Mula aja seneng midak-midak senajan luwih kuwasa. Wis akeh uga sing kandha yen bangsa sing kaya dene suket garing kuwi jalaran ora ngajeni tata krama. Dene tata krama kuwi minangka paugeran sing nuduhake perkara ala lan becik kanthi cetha lan bisa dirasakake dening kabeh manungsa.

Contone, tata krama bab guneman kudu diugemi murih ora bakal ana sing ngamuk jalaran keprungu guneman ala sing nerak tata krama. Dene guneman ala kuwi bisa wae aduadu, pitenah, pisuhan, utawa nyacat. Mula ana unen-unen, ilat kuwi luwih landhep ketimbang gaman. Lan yen ilat sing padha landhepe banjur benthik-benthikan, mangka bisa ngobong suket sing garing lan ngobong liya liyane, kaya sing kedadeyan ing Sampang.
- MM Bhoernomo, sastrawan lan budayawan, mapan ing Kudus
(RED/CN27)