Kamis, 20 September 2012

Ki Wongso Pandji Indrajit: "PENGASIHAN SEMAR KUNING"

Denmas Priyadi
 DENMAS PRIYADI BLOG: Kegunaan dari mantra Pengasihan Semar Nangis ini adalah bagi perempuan yang memutuskan hubungan cinta. Jika anda merapal mantra pengasihan ini untuk perempuan yang telah memutuskan cinta anda, maka perempuan tersebut akan menangis menyesali keputusannya, dan dia akan memohon, merengek-rengek ingin kembali bersatu lagi kepada anda. Apabila anda tidak memaafkan dan memenuhi permintaannya itu, maka perempuan tersebut bisa menjadi gila.

 Adapun untuk mendapatkan Aji Pengasihan Semar Nangis adalah sebagai berikut: 

* Puasa Mutih selama 7 hari 7 malam
* Puasa Pati Geni selama 3 malam
* Puasa Ngebleng selama 1 hari 1 malam

Berikut adalah mantra Pengasihan Semar Nangis:

 "Niat Ingsun matek ajiku ,
 aji Semar Kuning, 
sungsum wuyung, 
wuyung sumelang, 
tetese angin,
 nagiyo nangis, 
nangis si .... (sebut namanya), 
mareng badan ingsun,
teko kedhep teko lerep, 
asih saking kersaning Alloh, 
La ilaha illallah, Muhammadur rasululloh"

'Setan Api' Terekam dalam Film Rab, 19 Sep 2012 Oleh Eli MacKinnon

Rab, 19 Sep 2012 Pembuat film Chris Tangey hanya bisa melihat kagum saat pusaran api setinggi 30 meter merobek padang rumput di Australia pada 11 September lalu. Tangey berhasil menangkap gambaran fenomena yang jarang sekaligus mengejutkan tersebut saat sedang mencari lokasi buat filmnya di Alice Springs, Australia, menurut The Australian. Fenomena itu dikenal dengan nama tornado api, meski sebenarnya istilah itu tidak tepat. Ahli iklim New York dan profesor ilmu atmosfer di Cornell University Mark Wysocki mengatakan bahwa putaran api lebih mirip seperti dust devil atau putaran debu daripada tornado. "Saya akan menyebutnya vortex api, tapi kedengarannya kurang seksi, jadi saya sebut saja 'setan api'," katanya pada Life's Little Mysteries. Seperti halnya putaran debu yang tiba-tiba muncul di hari cerah di padang pasir, 'setan api' lahir saat tanah yang panasnya tidak merata mengirimkan abu ke udara panas. Jika putaran debu mendapat sumber panas dari matahari, maka 'setan api' muncul dari titik-titik api sebelum terjadinya kebakaran hutan. "Debu-debu ini terbentuk di area yang kecil di tanah, lalu naik dengan cepat, dan saat naik menyedot udara di sekitarnya seperti vacuum. Dan kemudian muncullah gerakan putaran yang menyerupai vorteks ini." Bersamaan dengan semakin tingginya vorteks yang menyedot api, diameternya mulai mengecil dan percepatan putarannya makin tinggi. Meski manusia sangat jarang melihat 'setan api', namun kejadian ini sebenarnya sangat awam. 'Setan api' biasanya bersumber dari pusat hutan yang terbakar, sehingga tak terlihat oleh manusia, kata Wysocki. Karena setan api sangat jarang terekam daripada terlihat, tak banyak yang diketahui soal jangkauan dimensi serta kecepatan fenomena ini. Wysocki berspekulasi bahwa, rata-rata, ketinggiannya mencapai 30 meter dan berotasi dengan kecepatan 35,4 km per jam. Biasanya mereka akan langsung hilang dalam satu menit setelah kemunculannya. Film yang direkam Tangey munkin dapat membantu meteorolog untuk memahami setan api ini, menurut Wysocki. Menurut dia, banyak ilmuwan mempelajari fisiologi tornado dari menganalisis rekaman hasil para pengejar badai.

Rabu, 12 September 2012

Ki Wongso Pandji Indrajit: "AJI PENATASAN"

Denmas Priyadi
RABU, 12 SEPTEMBER 2012 - DENMAS PRIYADI BLOG: Aji Penatasan adalah salah satu jenis ilmu kesaktian warisan leluhur Jawa yang kegunaannya untuk mematikan dan melumpuhkan ilmu yang dimiliki lawan dengan menyalurkan aji Penatasan melalui tangan, kaki dan mata.

Adapun untuk memiliki ilmu Aji Penatasan ini, boleh dikatakan sulit untuk dilaksanakan karena melalui persyaratan yang berat. Akan tetapi semua itu bisa dicapai jika kita memiliki kemauan dan dorongan yang keras serta keyakinan yang kuat.

Persyaratan untuk memiliki "Aji Penatasan" adalah sebagai berikut:

• Puasa mutih 7 hari 7 malam selama 7 bulan. Dimulai pada hari Jumat Legi hingga Jumat Pon.
• Pati geni selama 3 hari berturut-turut tanpa buang air besar maupun buang air kecil.
• Ngebleng selama 1 hari 1 malam, dan selama itu pula mantra Aji Penatasan dibaca terus menerus.

 Sesudah melakukan persyaratan tersebut di atas, maka anda harus melakukan lagi puasa biasa selama 41 hari. Setelah itu baru membaca dan mengamalkan mantra Aji Penatasan berikut:

“Bismillahirohmanirrohim” 

Sarining urip, sarining tunggal, sujud kang Agung Sukma mulya zat sampurno 
              Tisning kawulaning zat Lebur kumala zat Liang ragane Dening Allah kang natasi

Jumat, 07 September 2012

SELEBARAN JELANG PILKADA


Ayat Suci di Atas Ayat Konstitusi
(Relawan Putih Indonesia)

Ikhwan aktivis Islam Solo resah dan khawatir, kerena jika Wali Kota Solo menang dan jadi Gubernur Jakarta, maka Wakilnya di Solo yang non muslim otomatis jadi Walikota Solo. Sementara Aktivitas Islam Jakarta juga resah, karena jika Walikota Solo tersebut menang dan jadi Gubernur Jakarta, wakil yang mendampinginya pun non muslim, sehingga andai terjadi sesuatu terhadapnya saat terjadi Gubernur Jakarta, maka otomatis wakilnya yang non muslim itu pun akan jadi Gubernur Jakarta.

Kekhawatiran seperti tersebut di atas tidak pernah terjadi di zaman Orde Lama mau pun Orde Baru, kerena rezim yang berkuasa ketika itu senantiasa memperhatikan asas proporsional, sehingga seseorang tidak akan menjadi pemimpin di suatu daerah kecuali jika seagama dengan agama mayoritas di daerah tersebut. Hal demikian bukan diskriminatif dan tidak pula melanggar SARA, melainkan untuk menjaga kestabilan social politik masyarakat di daerah bersangkutan agar tercipta ketenangan dan keamanan.

Jadi, kekhawatiran semacam itu tidak terjadi jika partai politik yang mencalonkan memiliki sikap proporsionalisme yang tinggi. Dan kekhawatiran semacam itu pun tidak akan meluas jika para pemilih dari umat Islam tidak awam soal agamanya. Faktanya, banyak partai politik yang egois di tengah umat Islam yang awam, ditambah dengan adanya kelompok oportunis yang menjual agama untuk kepentingan dunia mereka.

Karenanya, segenap umat Islam wajib diberitahukan dan diingatkan tentang kewajiban memilih pemimpin muslim. Sampaikan kepada seluruh pemilih muslim di mana pun mereka berada bahwa WAJIB MEMILIH PEMIMPIN MUSLIM dan HARAM MEMILIH PEMIMPIN KAFIR. Inillah sikap setiap Aktivitas Islam yang juga harus menjadi sikap setiap muslim. Ini bukan melanggar SARA, justru menjaga keharmonisan hubungan SARA agar tidak terjadi PELANGGARAN SYARIAT ISLAM.

Ironisnya, sikap tegas bersyariat dalam soal Pilkada dituduh sebagai pelanggaran SARA. Pelakunya dipanggil dan diperiksa Panwaslu dan dihakimi Media Massa secara gegap gempita. Jika sikap tegas bersyariat ini difitnah sebagai pelanggaran SARA, lalu bagaimana dengan Cagub – Cawagup yang saat kampanye pernah menyatakan: AYAT SUCI NO! AYAT KONSTITUSI YES! Ini jelas-jelas melanggar SARA, bahkan menghina AGAMA dengan merendahkan AYAT SUCI. Kenapa dibiarkan oleh Panwaslu?! Kenapa tidak diblow-up beritanya oleh Media?

Bagi umat Islam: Ayat Suci di atas Ayat Konstitusi adalah HARGA MATI. Siapa menentang Ayat Suci berarti dia musuh agama. Umat Islam siap setia kepada Ayat Konstitusi selama tidak bertentangan dengan Ayat Suci.

Ingat, Islam melarang keras umatnya menghina agama mana pun, apalagi mengganggu umatnya yang tidak mengganggu umat Islam. Islam juga membolehkan umatnya berbuat baik dan bekerja-sama dengan umat agama mana pun selama tidak melanggar syariat. Tapi Islam juga menolak keras pencampur-adukan agama dan kawin beda agama serta mengangkat orang non Islamsebagai pemimpin umat Islam.

Menjadikan orang kafir sebagai pemimpin bagi umat Islam berarti menentang Allah SWT dan Rasulullah SAW serta Ijma’ Ulama. Memilih orang kafir sebagai pemimpin umat Islam berarti memberi peluang kepada orang kafir untuk “mengerjai” umat Islam dengan kekuasaan dan kewenangannya. Membe r kepemimpinan umat Islam kepada orang kafir berarti kemunafikan, kefasikan, kezaliman dan kesesatan serta masuk dalam azab Allah SWT berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an.

Ayo berjihad sebelum terlmbat! Ayo berjuang sebelum hilang! Ayo bersiap sebelum lenyap! Ayo…, selamatkan umat Islam dari kemunkaran politik! Ayo…, pilih pasangan Cagub - Cawagub yang muslim – muslim, tidak lainnya!!!!
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar

Senin, 03 September 2012

KEJAWEN: Tentang Kehidupan di Dunia




http://nusadwipa.blogspot.com : Pandangan Kejawen tentang makna hidup manusia dunia ditampilkan secara rinci, realistis, logis dan mengena di dalam hati nurani; bahwa hidup ini diumpamakan hanya sekedar mampir ngombe, mampir minum, hidup dalam waktu sekejab, dibanding kelak hidup di alam keabadian setelah raga ini mati. Tetapi tugas manusia sungguh berat, karena jasad adalah pinjaman Tuhan. Tuhan meminjamkan raga kepada ruh, tetapi ruh harus
mempertanggungjawabkan “barang” pinjamannya itu. Pada awalnya Tuhan Yang Mahasuci meminjamkan jasad kepada ruh dalam keadaan suci, apabila waktu “kontrak” peminjaman sudah habis, maka ruh diminta tanggungjawabnya, ruh harus mengembalikan jasad pinjamannya dalam keadaan yang suci seperti semula. Ruh dengan jasadnya diijinkan Tuhan “turun” ke bumi, tetapi dibebani tugas yakni menjaga barang pinjaman tersebut agar dalam kondisi baik dan suci setelah kembali kepada pemiliknya, yakni Gusti Ingkang Akaryo Jagad. Ruh dan jasad menyatu dalam wujud yang dinamakan manusia. Tempat untuk mengekspresikan dan mengartikulasikan diri manusia adalah tempat pinjaman Tuhan juga yang dinamakan bumi berikut segala macam isinya; atau mercapada. Karena bumi bersifat “pinjaman” Tuhan, maka bumi juga bersifat tidak kekal.

Betapa Maha Pemurahnya Tuhan itu, bersedia meminjamkan jasad, berikut tempat tinggal dan segala isinya menjadi fasilitas manusia boleh digunakan secara gratis. Tuhan hanya menuntut tanggungjawab manusia saja, agar supaya menjaga semua barang pinjaman Tuhan tersebut, serta manusia diperbolehkan memanfaatkan semua fasilitas yang Tuhan sediakan dengan cara tidak merusak barang pinjaman dan semua fasilitasnya.

Itulah tanggungjawab manusia yang sesungguhnya hidup di dunia ini; yakni menjaga barang “titipan” atau “pinjaman”, serta boleh memanfaatkan semua fasilitas yang disediakan Tuhan untuk manusia dengan tanpa merusak, dan tentu saja menjaganya agar tetap utuh, tidak rusak, dan kembali seperti semula dalam keadaan suci. Itulah “perjanjian” gaib antara Tuhan dengan manusia makhlukNya. Untuk menjaga klausul perjanjian tetap dapat terlaksana, maka Tuhan membuat rumus atau “aturan-main“ yang harus dilaksanakan oleh pihak peminjam yakni manusia. Rumus Tuhan ini yang disebut pula sebagai kodrat Tuhan; berbentuk hukum sebab-akibat. Pengingkaran atas isi atau “klausul kontrak” tersebut berupa akibat sebagai konsekuensi logisnya. Misalnya; keburukan akan berbuah keburukan, kebaikan akan berbuah kebaikan pula. Barang siapa menanam, maka mengetam. Perbuatan suka memudahkan akan berbuah sering dimudahkan. Suka mempersulit akan berbuah sering dipersulit.

Konsep Kejawen Tentang Pahala, Dosa, Kebaikan, dan Keburukan
 

Ajaran Kejawen tidak pernah menganjurkan seseorang menghitung-hitung pahala dalam setiap beribadat. Bagi Kejawen, motifasi beribadat atau melakukan perbuatan baik kepada sesama bukan karena tergiur surga. Demikian pula dalam melaksanakan sembahyang manembah kepada Tuhan Yang Maha Suci bukan karena takut neraka dan tergiur iming-iming surga. Kejawen memiliki tingkat kesadaran bahwa kebaikan-kebaikan yang dilakukan seseorang kepada sesama bukan atas alasan ketakutan dan intimidasi dosa-neraka, melainkan kesadaran kosmik bahwa setiap perbuatan baik kepada sesama merupakan sikap adil dan baik pada diri sendiri. Kebaikan kita pada sesama adalah KEBUTUHAN diri kita sendiri. Kebaikan akan berbuah kebaikan. Karena setiap kebaikan yang kita lakukan pada sesama akan kembali untuk diri kita sendiri, bahkan satu kebaikan akan kembali pada diri kita secara berlipat. Demikian juga sebaliknya, setiap kejahatan akan berbuah kejahatan pula. Kita suka mempersulit orang lain, maka dalam urusan-urusan kita akan sering menemukan kesulitan. Kita gemar menolong dan membantu sesama, maka hidup kita akan selalu mendapatkan kemudahan.

Menurut pandangan Kejawen, kebiasaan mengharap dan menghitung pahala terhadap setiap perbuatan baik hanya akan membuat keikhlasan seseorang menjadi tidak sempurna. Kebiasaan itu juga mencerminkan sikap yang serakah, lancang, picik, dan tidak tahu diri. Karena menyembah Tuhan adalah kebutuhan manusia, bukan kebutuhan Tuhan. Mengapa seseorang masih juga mengharap-harap pahala dalam memenuhi kebutuhan pribadinya sendiri ? Dapat dibayangkan, jika kita menjadi mahasiswa maka butuh bimbingan dalam menyusun skripsi dari dosen pembimbing, maka betapa lancang, serakah, dan tak tahu diri jika kita masih berharap-harap supaya dosen pembimbing tersebut bersedia memberikan uang kepada kita sebagai upah. Dapat diumpamakan pula misalnya; kita mengharap-harapkan upah dari seseorang yang bersedia menolong kita..?

Ajaran Kejawen memandang bahwa seseorang yang menyembah Tuhan dengan tanpa pengharapan akan mendapat pahala atau surga dan bukan atas alasan takut dosa atau neraka, adalah sebuah bentuk KEMULIAAN HIDUP YANG SEJATI. Sebaliknya, menyembah Tuhan, berangkat dari kesadaran bahwa manusia hidup di dunia ini selalu berhutang kenikmatan dan anugrah dari Tuhan. Dalam satu detik seseorang akan kesulitan mengucapkan satu kalimat sukur, padahal dalam sedetik itu manusia adanya telah berhutang puluhan atau bahkan ratusan kenikmatan dan anugerah Tuhan. Maka seseorang menjadi tidak etis, lancang dan tak tahu diri jika dalam bersembahyang pun manusia masih menjadikannya sebagai sarana memohon sesuatu kepada Tuhan. Tuhan tempat meminta, tetapi manusia lah yang tak tahu diri tiada habisnya meminta-minta. Dalam sikap demikian ketenangan dan kebahagiaan hidup yang sejati akan sangat sulit didapatkan.

Sembahyang tidak lain sebagai cara mengungkapkan rasa berterimakasihnya kepada Tuhan. Namun demikian ajaran Kejawen memandang bahwa rasa sukur kepada Tuhan melalui sembahyang atau ucapan saja tidak lah cukup, tetapi lebih utama harus diartikulasikan dan diimplementasikan ke dalam bentuk tindakan atau perbuatan baik kepada sesama dalam kehidupan sehari-harinya. Jika Tuhan memberikan kesehatan kepada seseorang, maka sebagai wujud rasa sukurnya orang itu harus membantu dan menolong orang lain yang sedang sakit atau menderita. Itulah pandangan yang menjadi dasar Kejawen bahwa menyembah Tuhan, dan berbuat baik pada sesama, bukanlah KEWAJIBAN (perintah) yang datang dari Tuhan, melainkan diri kita sendiri yang mewajibkan.